Dr. HM. Hidayat Nur Wahid, MA
Hidayat
Nur Wahid dilahirkan pada 8 April 1960 M, bertepatan dengan 9 Syawal 1379
Hijriyah. Ia lahir di Dusun Kadipaten Lor, Desa Kebon Dalem Kidul, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Anak sulung dari tujuh
bersaudara ini berasal dari keluarga pemuka agama. Kakeknya dari pihak ibu
adalah tokoh Muhammadiyah di Prambanan, sementara ayahnya H. Muhammad Syukri,
meskipun berlatar Nahdhatul Ulama, juga merupakan pengurus Muhammadiyah. Ny.
Siti Rahayu, ibunda Hidayat, adalah aktivis Aisyiyah, organisasi kewanitaan
Muhammadiyah.
Ia
(Hidayat Nur Wahid)politisi, ustad dan cendekiawan yang bergaya lembut serta
menge-depankan moral dan dakwah. Lulusan IAIN Sunan Kalijogo, Yogyakarta dan
Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia ini mulai serius beraktivitas di
Jakarta sebagai tenaga pengajar di UIN Syarif Hidayatullah, Universitas
Muhammadiyah dan Universitas Islam Asy Syafiiyah. Rekan-rekan Hidayat yang
semula membuat LSM, kemudian mendirikan partai. Tunduk pada keputusan
musyawarah, Hidayat pun didaulat menjadi deklarator Partai Keadilan (PK).
Berawal
di PK inilah Hidayat berkiprah di dunia politik yang terkenal kejam, penuh
intrik dan secara salah kaprah dianggap sebagai dunia yang kotor dan
menghalalkan segala cara. Namun, politik tidak mengubah prinsip hidup Hidayat
yang dipegangnya sejak dari kecil. Hidayat bertekad menjadikan politik sebagai
bagian dari solusi permasalahan bangsa. Bukan sebaliknya, menjadikan politik
sebagai sumber masalah bagi bangsa.
Kiprah
Hidayat di PK dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terus menanjak. Bahkan,
Hidayat pernah dua kali menjadi “Presiden”. Yakni, Presiden PK dan PKS. Hidayat
juga menunjukkan prestasi yang luar biasa. Di bawah kepemimpinannya PKS telah
berhasil meraih suara 7,3 persen ada Pemilu 2004.
Hidayat
seorang pembelajar yang cepat. Dia belajar dengan maksimal di mana saja saat
mendapatkan amanah dan tugas. Termasuk ketika terpilih sebagai Ketua MPR
periode 2004-2009. Hidayat mengaku, dahulu dia tak akrab dengan Undang-Undang
Dasar. Tetapi kini UUD 1945 dihafalnya luar kepalanya. Ini karena Hidayat
selalu berprinsip bagaimanapun amanah yang didapat, akan dia kerjakan dengan
maksimal.
Dosen
Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini tidak pernah bercita-cita
jadi politisi. Namun setelah memasuki kegiatan politik praktis namanya melejit,
bahkan dalam berbagai poling sebelum Pemilu 2004 namanya berada di peringkat
atas sebagai salah seorang calon Presiden atau Wakil Presiden. Namun dia mampu
menahan diri, tidak bersedia dicalonkan dalam perebutan kursi presiden kendati
PKS dengan perolehan suara 7 persen lebih dalam Pemilu Legislatif berhak
mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden. Dia menyatakan akan
bersedia dicalonkan jika PKS memperoleh 20 persen suara Pemilu Legislatif.
Pada
Pemilu Presiden putaran pertama PKS mendukung Capres-Cawapres Amien
Rais-Siswono. Lalu karena Amien-Siswono tidak lolos ke putaran kedua, PKS
mendukung Capres-Cawapres Susilo BY dan Jusuf Kalla dalam Pilpres putaran
kedua. Dukungan PKS ini sangat signifikan menentukan kemenangan pasangan ini.
Kemudian
partai-partai pendukung SBY-Kalla plus PPP (keluar dari Koalisi Kebangsaan)
yang bergabung di legislatif dengan sebutan populer Koalisi Kerakyatan
mencalonkannya menjadi Ketua MPR. Hidayat Nur Wahid sebagai Calon Paket B
(Koalisi Kerakyatan) ini terpilih menjadi Ketua MPR RI 2004-2009 dengan meraih
326 suara, unggul dua suara dari Sucipto Calon Paket A (Koalisi Kebangsaan)
yang meraih 324 suara, dan 3 suara abstain serta 10 suara tidak sah. Pemilihan
berlangsung demokratis dalam Sidang Paripurna V MPR di Gedung MPR, Senayan,
Jakarta 6 Oktober 2004. Setelah terpilih menjadi Ketua MPR, dia pun
mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum DPP PKS, 11 Oktober 2004. Majelis
Surya DPP PKS memilih Tifatul Sembiring menggantikannya sampai akhir periode
(2001-2005).
Saat
ini Hidayat Nur Wahid diusung oleh PKS untuk maju dalam Pilgub DKI Jakarta
bersama dengan Prof. Didik J Rachbini sebagai Wakilnya.
Prof. Didik J Rachbini
Didik
Junaidi Rachbini adalah bakal calon wakil gubernur DKI Jakarta, mendampingi
Hidayat Nurwahid yang diusung PKS sebagai calon gubernur DKI 2012. Kelahiran
Pamekasan, Madura, 2 September 1960 ini digandeng PKS sebagai profesional,
meski Didiek adalah politikus Partai Amanat Nasional (PAN). Saat ini dia
menjabat sebagai anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PAN.
Didik
bernama kecil Ahmad Junaidi, dengan panggilan Didik. Kemudian dalam ijazah SD,
gurunya menulis nama Didik Junaidi Rachbini. Tidak tertulis nama Ahmad, diganti
dengan panggilan Didik dan di belakang ditambah nama ayahnya, Rachbini.
Dia
menikmati masa kecil dan remajanya di Pemekasan, Madura dan Jember. Selain
aktif bermain, dia juga cerdas dan rajin belajar. Sehingga dia selalu juara
kelas. Ketika di SMP-SMA dia senang matematika. Dia pun bercita-cita jadi
insinyur teknik sipil atau pertambangan. Namun, akhirnya dia tidak memilih
jurusan teknik sipil dan pertambangan
itu ketika masuk perguruan tinggi. Dia malah kuliah di Institut Pertanian Bogor
(IPB) dan lulus S1 tahun 1983.
Didik
kemudian melanjutkan program Studi Pembangunan, di Central Luzon State
University, Filipina, pada 1988. Dia melanjutkan program S3-nya di Universitas
yang sama dan lulus pada 1991.
Karirnya
di kancah politik dimulai setelah Didik menjabat sebagai anggota Majelis Pakar
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Berkat aktivitasnya di ICMI, Didik
diangkat menjadi Anggota MPR Utusan Golongan pada 1998. Mantan aktivis HMI ini
bergabung dengan Partai Amanat Nasional mulai 1999 sebagai anggota Majelis Pertimbangan
Partai (MPP), sebelum menjadi Ketua DPP Partai Amanat Nasional (2000-2005).
Pada
Pemilu 2004, Didik terpilih menjadi anggota DPR mewakili daerah pemilihan Batu
dan Malang, Jawa Timur dan kembali terpilih sebagai anggota legislatif pada
pemilu 2009 dari daerah pemilihan Depok.
Sebelum
terjun ke politik, Didik adalah akademisi. Dia tercatat sebagai Guru Besar
Universitas Indonesia (UI), Dosen IPB, dosen Universitas Nasional, pernah
menjadi Pembantu Rektor I, Universitas Mercu Buana Jakarta, pendiri dan
pengajar di Universitas Paramadina Mulya, dan dosen Program Magister Manajemen
UI dan MPKP UI.
Selain
mengajar di Universitas Indonesia, Prof. Rachbini mengajar di program Pasca
Sarjana, Universitas Mercu Buana dan Departemen Ilmu Administrasi, FISIP UI
(pasca sarjana). Pengalamannya cukup
banyak dalam memimpin di lembaga
pemerintahan maupun non-pemerintahan, seperti Direktur sekaligus pendiri INDEF
(Institute for Development of Economics and Finance) 1995-2000; Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Mercu Buana 1995-1997; Wakil Rektor Universitas Mercu Buana
1997-2004; anggota MPR RI 1998-1999; Tim Ahli MPR RI untuk Amandemen UUD 1945
bidang ekonomi 1999-2004; anggota KPPU 2000-2004; Anggota DPR RI 2004-2009;
Wakil Ketua Yayasan Menara Bhakti (Universitas Mercu Buana) 2005-2010; Ketua Komisi VI DPR RI 2005-2007 bidang
Industri, Perdagangan, BUMN dan Penanaman Modal, Wakil Ketua Komisi X DPR RI
bidang Pendidikan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga; Ketua Umum Yayasan Paramadina
(Universitas) 2005-sekarang; Ketua Majelis Wali Amanat IPB 2007-sekarang; Dewan
Penyantun Universitas Pancasila 2008-sekarang; Ketua LP3E (Lembaga Pengkajian,
Penelitian dan Pengembangan Ekonomi) KADIN 2011-sekarang.
Sumber
: http://mediaakarrumput.org dan http://kammijakarta.or.id
No comments:
Post a Comment