Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) Marwan Jafar
mengemukakan, gerakan mahasiswa saat ini sedang mengalami degradasi tujuan
dan perpecahan dimana-mana. Sisi
militansi, gerakan intelektualitas dan nafas kepedulian terhadap masyarakat mulai
meluntur. Sehingga jargon 'agen of change' sepertinya tidak selaras dengan
gerakan mahasiswa sekarang ini.
“Banyak yang berubah dari gerakan mahasiswa sekarang.
Soliditas antar kelompok gerakan sudah mulai terpecah. Belum lagi soal
kepedulian terhadap masyarakat juga sudah mulai pudar. Karena itu, sekaranglah
saatnya mengembalikan tradisi-tradisi Ahlussunah kembali ke kampus,”ungkap
Marawan saat menjadi pembicara di disikusi Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa
(Gemasaba) di Kantor DPP PKB, Cikini, Jakarta Pusat, kemarin (8/7).
Cara yang cukup tepat untuk mengembalikan marwah Ahlusunah
di lingkungan kampus, lanjut Marwan, yakni menumbuhkan kembali gerakan
mahasiswa yang berbasis keagamaan dan berbasis dakwah. “Namun, dalam konteks
kekinian mahasiswa juga harus bisa lebih memahmi apa itu gerakan dakwah, jangan
sampai hal-hal yang berbau dengan dakwah dan perjuangan Islam dipersepsikan
sebagai organisasi pengajian kampus yang kadang dicap tidak dinamis,” tandas Ketua Dewan Pembina Gemasaba ini.
Di tempat yang sama Wakil Sekjen PB NU Imdadun Rahmat, yang
juga pengarang buku Ideologi Politik PKS, berpendapat, bahwa gerakan mahasiswa
sudah saatnya kembali pada tradisi-tradisi yang berwawasan ideologi dan religi.
Gerakan Mahasiswa harus mulai berperan nyata di masyarakat, tidak sekadar
memiliki wawasan intelektual saja tetapi sisi religiusnya juga harus diperkuat.
“Kita terutama Gemasaba sebagai kader muda NU dan PKB harus
kembali pada tradisi-tradisi orang tua kita yaitu tradisi ahlussunah wal
jamaah. Karena dengan nilai-nilai itu kita dapat membentengi diri dari
perilaku-perilaku yang menimpang dan tidak sesuai dengan nilai-nilai
ahlussunah,” tuturnya dalam diskusi publik yang dihadiri 100 mahasiswa
perwakilan dari kampus-kampus di Jabodetabek itu.
Imdad juga menegaskan, gerakan mahasiswa kaum nahdliyin
harus kembali kepada gerakan kultural kaum Nahdliyin. “Mahasiswa dan kaum muda
nahdliyin harus berperan nyata di masyarakat. Gemasaba terutama, harus
menghidupkan kembali tradisi-tradisi kaum nahdliyin seperti mengajari baca
alquran, bahasa arab, fikih, tauhid dan lain-lain. Sehingga ruang itu tidak
diambil kelompok-kelompok Islam yang terlalu kanan seperti wahabi, sehingga
perkembangan wahabisme di Indonesia bisa ditahan” paparnya.
Sementara itu, Ketua Umum DPN Gemasaba Ghozali Munir
menuturkan, diskusi ini diselenggarakan atas dasar kegelisahan Gemasaba melihat
fenomena semakin lunturnya nilai-nilai idelogi di kalangan mahasiswa. “Gemasaba
sebagai kader muda NU dan PKB, merasa miris melihat gerakan mahasiswa mulai
kehilangan idelogi. Apalagi kita sebagai kader muda NU, kita merasa
bertanggungjawab dan perlu menyebarkan tradisi gerakan mahasiswa yang
berwawasan dakwah,” kata Ghozali.
Ditambahkan, sebagai kader muda NU dan PKB, Gemasaba tidak
boleh kalah dengan ideologi gerakan mahasiswa Islam yang lainnya.
"Gemasaba sudah memiliki ideologi gerakan yang jelas, yaitu aswaja. Untuk
itu Gemasaba siap mengawal tradisi gerakan mahasiswa yang berbasis dakwah. Kita
tidak boleh kalah dengan yang lainnya, ideologi kita sudah jelas dan kita akan
membumikan ideologi ini keseluruh mahasiswa," tegasnya.
Gemasaba adalah organisasi kemahasiswaan bentukan Partai PKB
yang didirikan pada tahun 2009 silam. Gemasaba sebagai organisasi yang sangat
dekat dengan NU, memiliki ideologi Ahlussunah wal Jamaah yang selama ini
menjadi ideologi pasti kaum NU dan nahdliyin. (dms)
No comments:
Post a Comment