Blognya Anak Kuliahan

Monday, June 18, 2012

Berhitung Pendapatan Gubernur Jakarta

June 18, 2012 2

Pemilihan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta menjadi pembicaraan hangat. Tampilnya enam kandidat membuat persaingan duduk di kursi DKI-1 ini sangat ketat. Berapa sebenarnya penghasilan gubernur di Jakarta?
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 68/2001 tentang Tunjangan Jabatan Bagi Pejabat Negara Tertentu, gaji pokok kepala daerah "hanya" Rp 3 juta. Adapun tunjangan jabatan diatur dalam Keppres No 59 Tahun 2003 tentang Tunjangan Jabatan Bagi Pejabat Negara Di Lingkungan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara. Tunjangan jabatan gubernur sekitar Rp 5,4 juta. Jadi, gaji total Rp 8,4 juta.
Gubernur memiliki sejumlah "pintu" yang menambah penghasilannya, seperti fasilitas rumah, kendaraan, insentif rapat, dan kunjungan dinas. Gubernur juga berhak mendapat insentif pajak yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69/2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Insentif pajak daerah diberikan berdasarkan jumlah setoran pajak. Semakin tinggi realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah, kepala daerah akan mendapat insentif tinggi. Dalam Pasal 7 disebutkan realisasi penerimaan pajak di bawah Rp 1 triliun akan mendapat paling tinggi 6 kali gaji pokok dan tunjangan yang melekat. Penerimaan pajak  Rp 1-2,5 triliun akan mendapat maksimal 7 kali gaji.
Pada 2011, DKI Jakarta memiliki penghasilan pajak Rp 14,8 triliun. Sesuai Peraturan pemerintah, kepala daerah akan mendapat insentif paling tinggi 10 kali gaji pokok dan tunjangan kalau menjadi penghasil pajak di atas Rp 7,5 triliun. Artinya, Gubernur DKI akan mendapat tambahan paling tidak Rp 80 juta di luar gaji. (TEMPO.CO)

Daftar Kekayaan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012-2017

June 18, 2012 2
Enam pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta telah menandatangani pakta integritas jelang penyelenggaraan Pemilukada DKI Jakarta 2012, di Auditorium gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Kamis, 14 Juni 2012. Pakta integritas itu juga ditandatangani Wakil Ketua KPK, Adnan Pandu Praja, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, Dahliah Umar, dan Ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu), Ramdansyah. Pakta integritas itu berisi kesepakatan bahwa enam cagub dan cawagub DKI harus transparan, akuntabel, dan bersih dari politik uang selama Pemilukada. Bila terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI, mereka harus berkomitmen terlibat penuh dalam sistem integritas nasional dan beserta jajaran pegawai daerah menyampaikan harta kekayaan. 
Selain itu, siap menindak pegawai yang mencuri kekayaan. Kemudian, atas pelanggaran komitmen tersebut mereka bersedia dikenakan sanksi moral, administrasi dan juga pidana. Usai penandatanganan pakta integritas, enam pasangan calon mengumumkan jumlah total harta kekayaan sesuai Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang dilaporkan kepada KPK.
Calon gubernur incumbent Fauzi Bowo pada laporan LHKPN kepada KPK per 14 Maret 2012 memiliki total harta kekayaan senilai Rp59.389.281.068 dan mata uang asing sebesar US$325.000. Total harta kekayaan pada 2012 naik cukup tinggi dari laporan pada 26 Juli 2010, yakni sebesar Rp46.935.609.591 dan US$200.000. "Perbedaan nilai 2010 ke 2012, semua ini sudah saya sampaikan berikut bukti kepada tim verifikasi. Kewajiban saja hanya menyebutkan angka akhirnya, setelah itu saya serahkan kepada tim verifikasi," kata Fauzi Bowo. Sedangkan pasangan Fauzi Bowo, Nachrowi Ramli, memiliki total harta kekayaan sebesar Rp15.784.271.234 dan mata uang asing senilai US$30.003. Nara, sapaan akrabnya, terakhir melaporkan harta kekayaannya pada 30 Mei 2001, saat masih berpangkat Kolonel. Saat itu jumlah kekayaan Nara hanya Rp683.122.000.
Calon gubernur dari jalur independen, Hendardji Soepandji, per 12 April 2012 tercatat memiliki total harta kekayaan sebesar Rp32.182.924.751 dan mata uang asing US$405.537. Pada 2010 lalu, total harta kekayaan yang dimiliki Hendardji sebesar Rp5.987.640.453 dengan mata uang asing US$170.463. Sedangkan pasangannya, Ahmad Riza Patria memiliki harta senilai Rp2.789.050.923 per Maret 2012.
Cagub yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo, memiliki harta kekayaan Rp27.255.767.435 dengan mata uang asing US$9.876. Jumlah ini meningkat sejak laporan pada 2010 silam yakni sebesar Rp18.469.690.500 dan US$9.483. "Kenaikan ini diperoleh karena saya juga punya usaha atau bisnis di luar kesibukan saya sebagai pejabat negara," kata Jokowi. Pasangan Jokowi, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, melaporkan harta kekayaannya sebesar Rp12.458.296.063 dengan mata uang asing US$5.030. 
Cagub usungan Partai Keadilan Sejahtera, Hidayat Nur Wahid, per 28 Maret 2012 memiliki jumlah harta kekayaan sebesar Rp12.145.267.145 dengan mata uang asing US$7.500. Pada laporannya ke KPK per Desember 2009, HNW memiliki jumlah harta kekayaan Rp6.323.567.457 dan US$10.706. Pasangannya Didik J. Rachbini per Maret 2012 memiliki harta kekayaan sebesar Rp7.792.516.266 dan US$8.342.
Cagub independen Faisal Batubara per 12 Maret 2012 memiliki harta kekayaan Rp4.136.226.211. Dan pasangannya, Biem Benjamin, tercatat memiliki Rp33.029.189.336.
Cagub usungan Partai Golkar, Alex Noerdin, per Maret 2012 tercatat memiliki total harta kekayaan sebesar Rp19.694.375.836. Jumlah ini meningkat sejak pelaporan hartanya ke KPK Juni 2008 sebesar Rp10.953.240.761. Pasangannya Nono Sampono, per Maret 2012 memiliki harta senilai Rp13.712.659.591. Pada Desember 2006, Nono melaporkan hartanya KPK sebesar Rp3.834.261.164 dan US$270.000. (VIVAnews)

Sunday, June 17, 2012

Isi Dan Sitematika Penulisan Proposal Penelitian (Skripsi)

June 17, 2012 0
Mungkin bagi mahasiswa tingkat akhir nama "proposal" bukanlah sebuah nama yang asing lagi di telinga. Bagi mahasiswa, proposal bisa diibaratkan bagai dua sisi mata uang. Disatu sisi proposal bagaikan "pujaan hati" bagi mahasiswa, karena menyusun proposal adalah dambaan bagi setiap mahasiswa, tiga tahun adalah waktu yang harus dilewati untuk bisa bercengkrama dengan makhluk seksi yang bernama proposal itu. Dan disatu sisi lainnya, proposal juga dianggap sebagai momok yang sangat menakutkan bagi sebagian kalangan mahasiswa, hal tersebut terjadi karena ketidaksiapan diri dalam menghadapi "hantu" yang satu ini, dan ditambah lagi dengan penyakit yang kini menyerang kaum mahasiswa "galau" menambah kerumitan dalam menyusun proposal tersebut. Proposal sendiri bisa disebut pra-skripsi, dan merupakan tahap awal yang harus dilewati oleh setiap mahasiwa memperoleh gelar sarjana oleh karena itu perlu bagi setiap mahasiswa untuk memahami proposal itu sendiri.

Kelengkapan dan Sitematika Penulisan Proposal
1. Judul Proposal Penelitian
Judul merupakan gerbang pertama seseorang membaca sebuah proposal penelitian. Karena merupakan gerbang pertama, maka judul proposal penelitian perlu dapat menarik minat orang lain untuk membaca. Judul perlu singkat tapi bermakna dan tentu saja harus jelas terkait dengan isinya. Bila memang tidak dapat dipersingkat, meskipun tetap panjang, maka judul dapat dibuat bertingkat, yaitu judul utama, dan anak judul. Penghalusan atau perubahan judul juga perlu mempertimbangkan bahwa judul tersebut akan diakses (dicari) dengan komputer, sehingga pakailah kata atau istilah yang umum dalam bidang ilmunya.
Menurut pengalaman, judul menjadi hambatan utama bagi kebanyakan mahasiswa dalam menyusun proposal, hal tersebut terjadi karena kesusahan dalam menentukan judul. Oleh karena itu ada baiknya rancangan judul telah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari, yakni disemester awal kuliah.

2. Latar Belakang
Latar belakang berisi uraian mengenai penting dan perlu dilakukannya penelitian. Alasah harus diarahkan pada sifat dan implikasi dari gejala itu sendiri, akan lebih baik lagi bila mendapat justifikasi teori atau konsep. Karenanya, dalam latar belakang perlu dikemukakan pula berbagai fakta untuk memperkuat alasan perlunya dilakukan penelitian tersebut.

3. Perumusan Masalah
  • Perumusan masalah adalah kunci dalam setiap penelitian, tidak ada masalah maka tidak ada penelitian.
  • Masalah penelitian hendaknya dirumuskan dengan tajam, jelas, terarah, dan harus mengikuti logika berfikir yang benar.
  • Perumusan masalah didasarkan pada kreatifitas  dan imaginasi peneliti, yang dapat bersumber dari minat personal atau bersumber dari teori.
  • Masalah itu harus bersifat problematis, artinya mempunyai kesenjangan antara yang nyata dengan yang ideal, sehingga membutuhkan penjelasan karena kesenjangan itu akan mempunyai implikasi yang luas baik secara teoritis mapun praktis.
  • Karenanya, masalah itu cukup satu. Kemudian, masalah tersebut dielaborasi (diturunkan) menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian, tapi jangan terlalu banyak (maksimal tiga pertanyaan), agar pertanyaan menjadi fokus, tidak melebar kemana-mana.

4. Tujuan Penelitian
Tujuan tentunya sangat ditentukan oleh masalah yang diajukan, dan intinya berisi tentang kontribusi hasil penelitian bagi kepentingan keilmuan atau kepentingan-kepentingan yang bersifat praktis.

5. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka bersi paparan riwayat penelitian yang pernah dilakukan, baik terkait dengan tema yang diangkat maupun dengan lokasi/kawasan yang akan diteliti. Paparan itu tidak hanya berisi tentang penemuan-penemuan penting dari peneliian yang sudah dilakukan, tapi juga mengenai pendekatan dan metode yang mereka gunakan. Karenanya, tinjauan pustaka juga berfungsi untuk menunjukkan orisinalitas penelitian, bahwa penelitian ini beda dengan penelitian yang sudah dilakukan, atau bisa juga bersifat melengkapi dan memperbaiki penelitian yang sudah dilakukan.

6. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan kerangka untuk menjawab pertanyaan penelitian. Istilah “teori” di sini menunjuk pada sumber penyusunan kerangka, yang bisa berupa teori yang ada, definisi konsep, atau malah dapat pula dari logika. Orang biasanya ragu menggunakan kata “teori”, karena dianggapnya hanya untuk penelitian yang bernalar deduktif. Padahal tidak demikian. Sekali lagi, kerangka untuk menjawab pertanyaan penelitian tetap diperlukan dalam penelitian bernalar induktif. Jika konsep yang dijadikan sumber menyusun kerangka tersebut, maka sub judul ini bisa diganti menjadi “kerangka konseptual”. Jika logika yang digunakan, maka sub judul ini menjadi “kerangka pemikiran”.

7. Hipotesis (Bila Diperlukan)
Hipotesis memuat pernyataan singkat yang disimpulkan dari kerangka teori atau tinjauan pustaka dan merupakan jawaban sementara (dugaan) terhadap permasalahan yang diteliti. Karena diangkat dari landasan teori, maka hipotesis merupakan “kesimpulan teoritik” (hasil perenungan teoritis) yang perlu diuji dengan kenyataan empirik. Hipotesis masih perlu diuji kebenarannya, maka isi hipotesis harus bersifat dapat diuji atau dapat dikonformasikan. Menurut Borg dan Gall (dalam Arikunto, 1998: 70),  penulisan hipotesis perlu mengikuti persayaratan sebagai berikut: 
  • Dirumuskan secara singkat tapi jelas;
  • Dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih; 
  • Didukung oleh teori -teori yang dikemukakan oleh para ahli atau peneliti yang terkait (tercantum dalam landasan teori atau tinjauan pustaka).

8. Metode Penelitian
Pengertian metode, pendekatan, dan penalaran dalam skripsi kita sering bercampur aduk dan salah pakai. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah konkrit dari penelitian: alasan pemilihan lokasi, dengan cara apat data dikumpulkan, diolah dan dianalisis. Metode yang dipakai sangat ditentukan oleh masalah yang diajukan. Pendekatan adalah alat atau cara pandang yang digunakan untuk “mendekati” masalah.Penalaran adalah cara atau alur berfikir (induktif, deduktif).

9. Daftar Pustaka dan Lampiran
Daftar Pustaka memuat informasi referensi (buku, Koran, majalah, dll) yang diacu dalam proposal penelitian. Dalam daftar pustaka, biasanya, buku dan majalah tidak dipisahkan dalam daftar sendiri-sendiri. Untuk penulisan daftar pustaka terdapat banyak corak tata penulisan, ikutilah petunjuk yang berlaku dan terapkan corak tersebut secara konsisten.
Lampiran dapat diisi dengan materi yang “kurang penting” dalam arti “boleh dibaca atau tidak dibaca”. Biasanya lampiran memuat antara lain: kuesioner dan daftar sumber data yang akan dikunjungi atau diambil datanya. Sebaiknya jumlah halaman lampiran tidak terlalu banyak agar tidak terasa lebih penting dibanding dengan isi utamanya.