Faisal Basri
Faisal
Basri Batubara atau yang lebih dikenal dengan nama Faisal Basri lahir di
Bandung, Jawa Barat, 6 November 1959, umur 52 tahun. Ia adalah seorang ekonom
dan politikus, sejak mahasiswa Faisal aktif di berbagai organisasi. Masuk FEUI
tahun 1978 tatkala kampus sedang bergejolak melawan NKK-BKK.
Gejolak
politik membawanya kian larut dalam berbagai gerakan. Ia tercatat sebagai
pendiri Majelis Amanat Rakyat (MARA) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Di
Partai ini ia menjadi Sekretaris Jenderal yang pertama dan pasca Kongres I di
Yogyakarta dipercayakan sebagai salah satu Ketua.
Setelah
mundur dari PAN pada awal 2001, ia tetap aktif dalam kehidupan politik. Faisal
mendirikan organisasi politik Pergerakan Indonesia (PI) dan menjadi Ketua Umum
Dewan Pimpinan Nasional sejak Kongres I tahun 2004 sampai 2010. Kini ia
dipercaya sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Nasional.
Sebagai
dosen pada FEUI, ia mengasuh matakuliah Ekonomi Politik sejak matakuliah ini
diperkenalkan di FEUI pada akhir 1980-an. Ia juga mengajar matakuliah
Perekonomian Indonesia, Analisis Lingkungan Bisnis, dan Sejarah Pemikiran
Ekonomi dan Kelembagaan.
Pada
tahun 2000, Faisal menjadi anggota Tim Asistensi Ekonomi Presiden RI. Pada
April 2006 ia diangkat sebagai Ketua Tim Ek sternal Monitoring Inpres No.3
Tahun 2006 oleh Menteri Koordinator Perekonomian RI.
Sebelumnya,
2000-2006, ia berkiprah sebagai komisioner di Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU). Sempat juga bergabung dengan Kadin Indonesia dan dipercaya sebagai
Ketua LP3E pada tahun 2009.
Ia
memulai karirnya sebagai peneliti di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan
Masyarakat (LPEM) FEUI pada tahun 1981 dengan pangkat terendah hingga menjadi
Kepala pada kurun waktu 1993-95. Selama bergelut sebagai peneliti inilah Faisal
kerap terlibat dalam kajian daerah. Dalam urusan daerah ini pula, Faisal pernah
menjadi salah seorang anggota dewan pakar APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten
Seluruh Indonesia).
Setelah
menamatkan program strata I dengan gelar Sarjana Ekonomi dari FEUI (1985),
Faisal melanjutkan studi strata-2 dan memperoleh gelar MA (Master of Atrs) dari
Vanderbilt University, USA pada tahun 1988.
Faisal
menjanjikan transportasi publik yang nyaman sekaligus mengurai kemacetan,
tersedianya air bersih dan sanitasi yang baik, meningkatkan ruang terbuka hijau
(RTH), meningkatkan efektivitas anggaran dan revitalisasi birokrasi serta
menyebar pertumbuhan ke sekitar Jakarta.
Biem Benyamin
Lelaki
kelahiran 13 Maret 1964 ini, memang dikenal sebagai budayawan yang mewarisi
nilai-nilai budaya mendiang ayahnya. Benyamin Sueb, adalah tauladan yang
menjadi sumber referensi Biem Benjamin dalam merawat dan memajukan budaya
Betawi, ditengah gencarnya budaya asing yang terus-menerus menggerus budaya
lokal.
Sebagai
wakil rakyat di DPD, Biem berpendapat bahwa pelaksanaan otonomi daerah di DKI
Jakarta telah mengebiri hak konstitusional rakyat, dimana otonomi daerah hanya
diletakkan di tingka provinsi, sehingga rakyat kehilangan hak pilih dan memilih
sebagai Walikota/wakil walikota sebagaimana yang berlaku di provinsi lain.
Tahun
2005, Biem melakukan perjuangan juducial review agar calon perseorangan
diberikan kesempatan melaju dalam pemilihan kepala daerah. Pada Pilkada DKI
Jakarta tahun 2012 ini ia maju mendampingi Faisal Basri sebagai calon wakil
gubernur melalui jalur independen agar budaya Betawi dapat ‘berdaya
bareng-bareng’, sekaligus dapat diproteksi melalui kebijakan.
Sumber
: http://mediaakarrumput.org dan http://kammijakarta.or.id
No comments:
Post a Comment