Persuasi
adalah suatu tindakan yang berdasarkan segi-segi psikologis, yang dapat
membangkitkan kesadaran individu. (Oemi Abdurrachman, MA, 1989: 62).
Persuasi
adalah usaha yang didasari untuk mengubah sikap, kepercayaan, atau perilaku
orang melalui tranmisi pesan (Dan Nimmo, 1993: 119) Karakteristik.
Pace,
Peterson dan Burnett (1979) dalam Venus 2007:30 mendefinisikan persuasi sebagai
tindakan komunikasi yang bertujuan untuk membuat komunikan (penerima pesan)
mengadopsi pandangan komunikator (pengirim pesan) mengenai suatu hal atau
melakukan suatu tindakan tertentu. Dalam kegiatan persuasi selalu ditandai
empat hal, yaitu:
- Melibatkan sekurang-kurangnya dua pihak
- Ada tindakan secara sengaja mempengaruhi
- Adanya pertukaran/transaksi pesan persuasive
- Adanya kesukarelaan menerima atau menolak gagasan yang ditawarkan
Jadi
bedasarkan beberapa pengertian diatas, dapat kita artikan bahwa persuasi adalah
kemampuan untuk mengajak orang lain agar mengubah sikap dengan argumentasi,
untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan orang yang mengajak. Dalam
politik, persuasi diperlukan untuk memperoleh dukungan. Persuasi disini
dilakukan untuk ikut serta dalam suatu komunitas dan mencapai tujuan komunitas
tersebut. Persuasi bersifat tidak memaksa dan tidak mengharuskan ikut serta,
tapi lebih kepada gagasan untuk melakukan sesuatu. Gagasan ini dinyatakan dalam
argumen untuk memengaruhi orang atau kelompok lain.
2. PERSUASI DALAM POLITIK
Ada
tiga pendekatan kepada persuasi politik: propaganda, periklanan dan retorika.
Dengan persamaannya adalah semuanya bertujuan, disengaja dan melibatkan
pengaruh. Sedang perbedaannya meliputi : Pertama, perbedaan dalam meneruskan
pesan dengan tekanan ke satu, ke dua, dan ke banyak arah. Kedua, orientasi
pendekatan, perorangan atau kelompok. Ketiga, pandangan berbeda yang
memungkinkan adanya masyarakat. Dan keempat, masing-masing menggunakan fokus
yang berbeda dalam merumuskan masalah.
a. Persuasi Politik Sebagai Propaganda
Propaganda
sebagai komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin
menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa
yang terdiri dari individu-individu, dipersatukan secara psikologis melalui
manipulasi psikologis dan digabungkan di dalam suatu organisasi. (Jacques
Ellul, 1993: 123)
Jadi
propaganda adalah suatu syarat mekanisme kontrol sosial dengan menggunakan
lambang untuk meningkatkan ketertiban sosial melalui kepercayaan bersama, nilai
yang diakui bersama, dan pengharapan yang saling melengkapi.
Tipe-tipe
propaganda :
- Propaganda yang disengaja yaitu dengan sengaja mengindoktrinasi komunikan dengan pandangan-pandangan tertentu. Contoh: Guru ekonomi dengan sengaja mengidoktrinasi siswa dengan pandangan Marxis.
- Propaganda yang tidak disengaja, yaitu jawaban spontan dari suatu pertanyaan dengan menunjukkan segi-segi positif dari suatu pandangan tertentu. Contoh: ketika guru ekonomi menjawab spontan pertanyaan siswanya dengan menunjukkan segi-segi positif ajaran Marxiz.
Leonard
Doob membedakan propaganda menjadi :
- Propaganda yang tersembunyi, yaitu propagandis menyelubungi tujuan yang sebenarnya. Misalnya ketika seorang presiden menyelenggarakan konferensi pers dengan cara mengembalikan pertanyaan wartawan agar menguntungkan baginya.
- Propaganda terang-terangan menyiapkan tujuan yang sebenarnya. Contoh : ketika kandidat anggota DPR secara terang-terangan berusaha memperoleh suara dalam pemilu.
Jacques
Ellul membedakan propaganda menjadi;
- Propaganda politik, yaitu propaganda yang melibatkan usaha-usaha pemerintah, parpol atau golongan yang berpengaruh untuk mencapai tujuan strategis atau taktis.
- Propaganda sosiologis, biasanya kurang kentara dan lebih berjangka panjang. Melalui propaganda ini orang disuntik dengan suatu cara hidup, suatu ideologi berangsur-angsur merembes ke dalam lembaga politik, sosial dan ekonomi.
- Agitasi, berusaha agar orang-orang bersedia memberikan pengorbanaan yang besar bagi tujan yang langsung, dengan mengorbankan jiwa mereka dalam usaha mewujudkan cita-cita.
- Integrasi menggalang kesesuaian di dalam mengejar tujuan-tujuan jangka panjang. Melalui propaganda ini orang-orang diharapkan mengabdikan diri mereka kepada tujuan-tujuan yang mungkin tidak akan terwujud dalam waktu bertahun-tahun, bahkan selama mereka hidup.
- Propaganda vertikal, penebaran imbauannya ditujukan satu kepada banyak dan terutama mengandalkan media massa.
- Propaganda horizontal, imbauannya lebih banyak melalui komunikasi interpersonal dan komunikasi organisasi ketimbang melalui komunikasi massa- misalnya anjang sono (convassing), pelatihan kader partai dsb.
b. Persuasi Politik Sebagai
Periklanan
Periklanan
massal adalah komunikasi satu ke banyak. Namun berbeda dengan propaganda yang
ditujukan pada orang-orang sebagai anggota kelompok, periklanan mendekati
mereka terutama sebagai individu-individu tunggal, independen, terpisah dari
kelompok yang menjadi identifikasinya dalam masyarakat. Bila orang bertindak
secara independen sampai pada pilihan yang sama, maka pilihan individual itu
berkonvergensi.
Periklanan
ditujukan kepada setiap individu yang anonim, hubungan antara iklan denngan
calon pembeli adalah hubungan langsung-tidak ada organisasi atau kepemimpinan
yang seakan-akan dapat mengirimkan kelompok pembeli itu kepada penjual. Akan
tetapi, setiap individu bertindak berdasarkan pilihannya sendiri.
Dan
Nimmo (2000) membagi tipe periklanan menjadi komersial dan nonkomersial.
Periklanan komersial meliputi periklanan konsumen untuk menjual produk dan jasa
dan periklanan perusahaan yang ditujukan kepada manajemen industri, profesional
serta pedagang grosir maupun eceran.
Periklanan
politik termasuk ke dalam periklanan non komersial. Periklanan politik ialah
periklanan citra, yaitu imbauan yang ditujukan untuk membina reputasi pejabat
pemerintah atau menghendaki menjadi pejabat pemerintah; memberi informasi
kepada khalayak tentang kualifikasi, pengalaman, latar belakang, dan
kepribadian seorang politikus, dan meningkatkan prospek pemilihan kandidat atau
mempromosikan program dan kebijakan tertentu, misalnya iklan tentang pemilihan
umum, dll.
Periklanan
dapat juga dibagi menjadi periklanan produk dan periklanan institusional.
Periklanan produk mempromosikan penjualan barang atau jasa. Dalam dunia
politik, periklanan ini berkenaan dengan citra. Menurut Newman, citra merupakan
subyek yang menyurutkan dan menaikkan kemampuan politisi dalam menghadapi
bermacam isu dan skandal yang muncul. Kesuksesan penciptaan citra menghendaki
perhatian terhadap opini publik dan apa yang diperdebatkan publik secara konstan.
Periklanan
institusional mempromosikan reputasi sebuah industri, badan usaha, bisnis atau
kegiatan komersial lainnya. Periklanan institusional mirip dengan hubungan
masyarakat. Periklanan ini berusaha meyakinkan orang bahwa sebuah institusi
memiliki reputasi di belakang suatu merk dagang. Hal itu untuk menjawab
anggapan bahwa orang lebih cenderung berurusan dengan lembaga yang dipercaya
daripada yang tidak dipercayainya.
Fokus
kampanye periklanan, menurut Dan Nimmo adalah kepada siapa dan dengan akibat
apa. Beberapa pertanyaan kepada siapa yang harus dijawab pengiklan politik
dalam merumuskan kampanye adalah apa yang memotivasi khalayak dan apa
karakteristik kepribadian dan sosial khalayak. Sedangkan dengan akibat apa,
lebih cenderung menfokuskan pada bagaimana komunikasi persuasif melibatkan
orang-orang dalam menciptakan kembali citra mereka tentang politik.
c. Persuasi Politik Sebagai Retorika
Retorika
adalah komunikasi dua arah, satu kepada satu, dalam arti bahwa satu atau lebih
(seseorang berbicara kepada beberapa orang maupun seseorang berbicara kepada
seseorang) Masing-masing berusaha dengan sadar untuk mempengaruhi pandangan
satu sama lain melalui tindakan timbal baik.
Retorika
politik adalah suatu proses yang memungkinkan terbentuknya masyarakat melalui
negosiasi, yang berbeda dengan propaganda yang melibatkan mekanisme kontrol
sosial dan periklanan mengandalkan keselektifan konvergen.
Aristoteles
mengidentifikasi tiga cara pokok retorika :
- Retorika liberatif, dirancang untuk mempegaruhi orang-orang dalam masalah kebijakan pemerintah dengan menggambarkan keuntungan dan kerugian relatif dari cara-cara alternatif dalam melakukan segala sesuatu. Fokusnya pada yang akan terjadi di masa depan, jika ditentukan kebijakan tertentu. Jadi si orator menciptakan dan memodifikasi pengharapan atas ihwal yang akan datang.
- Retorika forensik adalah yuridis. Ia berfokus pada apa yang terjadi pada masa lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak bersalah, pertanggungjawaban atau hukuman dan ganjaran. Settingnya yang biasa adalah ruang pengadilan, tetapi terjadinya di tempat lain, contohnya adalah pemeriksaan kasus pelecehan seksual dari presiden Clinton.
- Retorika demonstratif, adalah wacana yang memuji dan menjatuhkan. Tujuannya untuk memperkuat sifat baik dan sifat buruk seseorang, suatu lembaga, atau gagasan. Contoh: kampanye politik dan dukungan editorial dari surat-kabar, majalah, televisi danradio terhadap seseorang kandidat anggota parlemen.
Retorika
merupakan bentuk persuasi yang menonjolkan komunikasi dua arah, dialektika,
negosiasi dan drama. Melalui retorika, yang bersifat transaksional dengan
menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui
pidato, persuader dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan
nilai, keprcayaan dan pengharapan mereka. Ini yang dikatakan Kenneth Burke
(1969) sebagai konsubstansialitas.
Karena
merupakan komunikasi dua arah, satu ke satu dan bukan satu ke banyak, retorika
politik, merupakan proses yang memungkinkan terbentuknya masyarakat melalui
negosiasi. Melalui retorika politik, kita menciptakan masyarakat dengan
negosiasi yang terus berlangsung tentang makna situasi dan tentang identitas
kita dalam situasi tersebut.
Dari
ketiga cara berpikir tentang persuasi politik yang telah disebutkan diatas,
nampak bahwa persuasi merupakan transaksi kreatif yang dimana yang dipersuasi
ikut memberi tanggapan terhadap lambang dalam imbauan persuader. Hal itu
membantah argumentasi di banyak literatur bahwa persuasi hanya manipulatif
dimana khlayak bereaksi terhadap lambang-lambang secara otomatik. Dalam
pengertian Burke, yang dipersuasi terlibat secara aktif dalam persuasi itu
sendiri.
Agar
persuasi tidak seperti robot yang digerakkan oleh propaganda, periklanan dan
retorika, William McGuire (1968) mengatakan bahwa ada enam tahap pemrosesan
informasi agar persuasi itu terjadi : harus ada imbauan persuasif, orang harus
memperhatikannya, harus memahaminya isinya, menerimanya, tetap pada opini yang
baru dianutnya serta bertindak lebih lanjut berdasarkan pandangan itu. Keenam
langkah persuasi McGuire dapat dipandang sebagai tahap-tahap yang
diidentifikasikan di dalam proses persuader dan yang dipersuasi menyusun makna
atau citra bersama tentang pesan persuasif. Dengan mengikuti langkah McGuire
kita dapat menggabungkan tahap penyusunan citra dengan kelima unsur komunikasi
Lasswell: sumber (siapa?), pesan (mengatakan apa?), saluran, penerima (dengan
siapa?) dan tujuan (dengan akibat apa?)
3. TEKNIK PERSUASI POLITIK
Lembaga
untuk analisis propaganda, menurunkan tujuh sarana untuk merangkum berbagai
teknik propaganda terpenting untuk memanfaatkan kombinasi kata, tindakan, dan
logika untuk tujuan persuasif:
- Penjulukan (name calling), yaitu memberi label buruk kepada gagasan, orang, objek, atau tujuan agar orang menolaknya tanpa menguji kenyataannya terlebih dulu.
- Iming-iming (glittering generalities), yaitu dengan menggunakan “kata yang baik” untuk melukiskan sesuatu agar memperoleh du’kungan, tanpa menyelidiki ketepatan asosiasi itu. Contoh: koperasi merupakan “sokongan guru” ekonomi pancasila. Generasi muda sebagai “pewaris masa depan”, dll.
- Transfer, yaitu mengidentifikasi suatu maksud dengan lambang otoritas. Contoh: H.M. Soeharto telah memenuhi syarat untuk diangkat menjadi presiden ketujuh kalinya, demikianlah ujar Ketua Umum Golkar.
- Testimonial, menggunakan ucapan yang dihormati atau dibenci untuk mempromosikan atau meremehkan suatu maksud. Sarana yang paling mudah kita kenal dalam dukungan politik oleh suatu surat kabar, oleh tokoh terkenal, dll. Contoh: Menolong masyarakat “jangan hanya memberi ikan”.
- Merakyat (plain folk), imbauan yang menyatakan bahwa pembicara berpihak kepada khalayak dalam usaha bersama yang kolaboratif. Misalnya, saya salah seorang dari anda, hanya rakyat jelata.
- Memupuk kartu (card stacking), memilih dengan teliti pernyataan yang akurat dan tidak akurat, logis atau tidak logis, dsb. Untuk membangun suatu kasus. Contoh: Apa yang saya ucapkan adalah “amar ma’ruf nahi munkar”, “orang bijak tepat bayar pajak”, dll.
- Gerobak musik (bandwagon technique); usaha untuk meyakinkan khalayak akan kepopuleran dan kebenaran tujuan sehingga setiap orang akan turut naik (turut serta). Contoh: dengan cara pawai atau arak-arakan dengan atau tanpa kendaraan dengan mengumandangkan yel-yel dan jargon.
Dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment