Blognya Anak Kuliahan

Showing posts with label Tentang Aceh. Show all posts
Showing posts with label Tentang Aceh. Show all posts

Sunday, April 1, 2012

Profil Zaini Abdullah-Muzakkir Manaf

April 01, 2012 0
Pasangan Nomor Urut Lima (Partai Aceh)
Pasangan ini, bisa dikatakan pasangan antar lintas generasi, karena mewakili generasi tua dan muda di tubuh organisasi mantan gerilyawan Aceh yaitu GAM yang sekarang sudah berorientasikan ke partai lokal yaitu Partai Aceh.
Zaini Abdullah adalah generasi awal di tubuh Gerakan Aceh Merdeka. Lama menetap di luar negeri, lelaki dandy berusia 72 tahun ini memutuskan pulang kampung dan diusung Partai Aceh sebagai calon gubernur Aceh.
Zaini dipasangkan bersama Muzakir Manaf, mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka pengganti Abdullah Syafie yang kini menjabat Ketua Partai Aceh.  Lahir di Aceh Timur, 3 April 1964, Muzakir Manaf adalah sosok yang tak banyak bicara. Pembawaannya tenang dan tidak meledak-ledak.
Dalam kampanyenya pasangan ZIKIR (Zaini-Muzakir) ini menjanjikan perubahan perbaikan sistem birokrasi jika terpilih kelak.

dr. H. Zaini Abdullah
Tempat/tgl lahir : Sigli, 24 April 1940.
Jabatan terakhir : Mantan Juru Runding GAM.
Pendidikan : Sekolah Rakyat Beureunuen Pidie Tahun 1952, SMP Sigli Pidie tahun 1957, SMA Kutaraja Banda Aceh tahun 1960, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 1972.

Muzakir Manaf
Tempat/tgl lahir : Aceh Timur, 3 April 1964.
Jabatan terakhir : Ketua Partai Aceh dan Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA).
Pendidikan : MIN Sampoiniet tahun 1977, SMP Negeri Idi tahun 1981, SMA Swasta Pase Sejaya Panton Labu Tahun 1984.

Visi : Aceh yang bermartabat sejahtera berkeadilan dan mandiri berlandaskan UU Pemerintahan Aceh sebagai wujud MoU Helsinki

Misi :
  • Memperbaiki tata kelola pemerintahan aceh yang amanah melalui implemantasi dan penyelesaian turunan UU Pemerintahan Aceh untuk menjaga perdamaian yang abadi.
  • Menerapkan nilai-nilai budaya Aceh dan nilai-nilai dinul Islam di semua sektor kehidupan masyarakat.
  • Memperkuat struktur ekonomi dengan kualitas sumber daya manusia.
  • Mewujudkan peningkatan nilai tambah produksi masyarakat dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam.
  • Melaksanakan pembangunan Aceh yang proporsional terintegrasi dan berkelanjutan.
Referensi : kip-acehprov.go.id, atjehpost.com, www.suara-tamiang.com

Profil Muhammad Nazar-Nova Iriansyah

April 01, 2012 0
Pasangan Nomor Urut Empat (Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai SIRA)
Pasangan Muhammad Nazar dan Nova Iriansyah mendapat nomor urut 4. Pasangan ini melaju dengan percaya diri yang tinggi karena merupakan satu-satunya pasangan yang diusung tiga partai sekaligus, pasangan ini diusung oleh koalisi Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai SIRA.
Sebelumnya, Muhammad Nazar adalah wakilnya Irwandi Yusuf. Belakangan, keduanya "cerai" dan saling menggandeng pasangan baru. Nazar pun menggaet Nova Iriansyah sebagai calon pendampingnya.
Pasangan ini baru memastikan mendaftar hanya beberapa jam sebelum pendaftaran ditutup pada 7 Oktober 2011. Situasi politik yang serba tak pasti ketika itu, membuat  keputusan diambil saat-saat terakhir.
Lahir di Ulim, Pidie, pada 1 Juli 1973, Muhammad Nazar adalah mantan Ketua Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA). Setelah perjanjian damai ditandangani, SIRA bermetamorfosis menjadi partai lokal. Nazar sendiri duduk sebagai Ketua Dewan Pembina partai lokal bentukan mantan aktivis ini.
Nazar banyak bergabung di organisasi. Ketika itu, aktivitasnya di SIRA yang menuntut referendum untuk Aceh kerap membuatnya berurusan dengan polisi. Ia pun pernah dua kali dijebloskan ke penjara. Seperti Irwandi, Nazar mendapat amnesti setelah perjanjian damai ditandatangani.
Nazar menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) di IAIN Ar-Raniry jurusan Bahasa dan Sastra Arab pada 1997. Setahun kemudian, ia mengambil program Non Gelar Sarjana Purna Ulama di IAIN Ar-Raniry.
Sedangkan Nova Iriansyah adalah mantan Ketua Partai Demokrat Aceh. Lelaki kelahiran Banda Aceh, 22 November 1963 ini berlatar belakang pengusaha. Usai menamatkan S1 di Institute 10 November Surabaya pada 1988, Nova melanjutkan program magister di Institute Teknologi Bandung dan selesai pada 1998.

H. Muhammad Nazar, S.Ag
Tempat/tgl lahir : Pidie Jaya, 1 Juli 1973.
Jabatan terakhir : Wakil Gubernur Aceh.
Pendidikan : MIN Tanjong Ulim Pidie Jaya tahun 1986, MTsN Bandar Dua Pidie Jaya tahun 1989, Madrasah Aliyah Negeri  Ulim Pidie Jaya tahun 1992, Strata Satu (S1) IAIN A-Raniry Fakultas Adab Jurusan Bahasa dan Sastra Arab (ASA) Banda Aceh tahun 1997, Program Non Gelar Sarjana Purna Ulama IAIN Ar-Raniry tahun 1998.

Ir. Nova Iriansyah, MT
Tempat/tgl lahir : Banda Aceh, 22 November 1963.
Jabatan terakhir : Anggota DPR RI.
Pendidikan : TK Persit KCK Banda Aceh tahun 1970, SD Negeri 3 Takengon tahun 1976, SMP Negeri 1 Banda Aceh tahun 1979, SMA Negeri 1 Banda Aceh tahun 1982, Sarjana Teknik Arsitektur (S1) Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya tahun 1988, Magister Teknik Arsitektur (S2) Institut Teknologi Bandung Tahun 1998.


Visi : Tegaknya perubahan dan pembangunan yang menyelamatkan serta menyejahterakan menuju negeri Aceh yang aman, damai, maju, berkeadilan, bermartabat dan berperadaban (baldatun thaiyyibatun wa rabbun ghafur) serta mencapai kemenangan dunia-akhirat.

Misi :
  • Membangun masyarakat yang beriman, berkualitas, produktif, berkeadilan pro-pembangunan dan berperadaban sebagai kekuatan perubahan serta pembangunan yang benar, menyelematkan dan menyejehterakan secara berkelanjutan.
  • Membangun berbagai kebutuhan fundamental yang menyelamatkan serta menyejahterakan rakyat secara berkelanjutan.
  • Normalisasi dan membangun pemerintahan yang benar sesuai undang-undang serta kearifan Aceh di semua level menuju good corporate governance dan clean government secara berkelanjutan dan berkarakter.
  • Normalisasi penegakan hukum, pembinaan politik serta keamanan yang benar dan tanpa diskriminasi baik dalam rangka mencegah penyimpangan, seperti korupsi dan kolusi maupun menjamin ketertiban serta kedamaian rakyat.
Referensi : kip-acehprov.go.id, atjehpost.com, www.suara-tamiang.com

Profil Darni M Daud-Ahmad Fauzi

April 01, 2012 0
Pasangan Nomor Urut Tiga (Independen)
Pasangan Darni M.Daud - Ahmad Fauzi mendapat nomor urut 3 saat pengundian nomor pada 2 Januari lalu. Keduanya adalah pasangan akademisi. Darni Daud adalah Rektor Universitas Syiah Kuala, sedangkan Ahmad Fauzi adalah dosen senior di Institute Agama Islam Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry Banda Aceh, dan pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Usuluddin di kampus itu.
Itu sebabnya, dalam jargon kampanye mereka menyebut dirinya "pasangan Jantong Hatee, merujuk pada kampus Universitas Syiah Kuala yang sering disebut jantung hati masyarakat Aceh.
Pasangan ini merupakan kandidat keempat yang mendaftar ke KIP Aceh. Mereka maju lewat jalur perseorangan.
Ketika mendeklarasikan pendampingnya, Darni mengatakan, ia memilih Ahmad Fauzi lantaran dianggap sebagai akademisi senior dan menguasai ilmu politik dan agama. Darni juga mengatakan, latar belakang daerah asal yang berbeda merefleksikan keberagaman masyarakat Aceh. Darni sendiri berasal dari Pidie Jaya dengan istri dari Aceh Tengah. Sedangkan Ahmad Fauzi berasal dari Aceh Timur dan istrinya dari Aceh Besar.
"Saya punya menantu dari Simeulue. Jadi, kami ini berasal dari wilayah yang beragam seperti masyarakat Aceh yang juga beragam. Ini salah satu kekuatan kami untuk maju dalam pilkada," ujarnya.

Prof. Dr. H. Darni M Daud, MA
Tempat/tgl lahir : Pidie 25 Juli 1961
Jabatan terakhir : Rektor Universitas Syiah Kuala
Pendidikan : SD Negeri Blang Kuta Kec. Bandar Dua tahun 1973, SMP Negeri Ulee Glee Kce Bandar Dua tahun 1976, SPG Negeri Bireun tahun 1980, FKIP Bahasa Inggeris Unsyiah Banda Aceh tahun 1985, TEFL Program School of Education The Universyty of Sidney Australia tahun 1989, TESOL Program Intercultural Communication New York University New York USA Tahun 1994, Education/ Higher Education, School of Education Oregon State University Corvallis USA tahun 2000, Program Pendidikan Singkat Angkatan XVI LEMHANAS Jakarta 2009.

Dr. Tgk. Ahmad Fauzi, M.Ag
Tempat/tgl lahir : Langsa 1 Mei 1957.
Jabatan terakhir : Pembantu Dekan III Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry.
Pendidikan : SD 2 Peureulak Aceh Timur tahun 1970, Pendidikan Guru Agama 4 Tahun Peureulak Aceh Timur tahun 1973, Pendidikan Guru Agama 6 tahun Peureulak Aceh Timur Tahun 1976, Dayah Darul Huda Idi Rayeuk Tahun 1977, Dayah Tinggi Pante Kulu Banda Aceh tahun 1984, S1 Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh tahun 1984, S2 Pasca Sarjana (PPs) IAIN Ar-Raniry Banda Aceh Tahun 2000, S3 Program Pasca Sarjana Universitas Islam Umdurman Khartoum Sudan tahun 2010.

Visi : Terwujudnya harkat dan martabat masyarakat Aceh yang damai, sejahtera berlandaskan iman dan taqwa.

Misi :
  • Perbaikan dan peningkatan ajaran agama/syariat islam, kualitas pendidikan, kebudayaan dan kesehatan masyarakat Aceh yang handal dan merata.
  • Perbaikan dan peningkatan perekonomian daerah yang adil berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
  • Perbaikan dan peningkatan iinfrastruktur publik untuk penguatan daya saing daerah pengurangan risiko bencana dan penjaminan kesejahteraan masyarakat.
  • Perbaikan dan peningkatan pelayanan publik melalui penyelenggaraan pemerintahan yang professional bersih transparansi adil dan akuntabel.
Referensi : kip-acehprov.go.id, atjehpost.com, www.suara-tamiang.com

Profil Irwandi Yusuf-Muhyan Yunan

April 01, 2012 0
Pasangan Nomor Urut Dua (Independen)
Ketika masih masih dilanda konflik bersenjata, Irwandi pernah menjadi menjadi juru prograganda GAM. Ketika itu, ia kerap berbicara dengan media menggunakan nama samaran. Petualangannya terhenti pada 23 Mei 2003. Irwandi ditangkap di Jakarta beberapa hari setelah pemberlakuan status darurat militer. Pengadilan Negeri Banda Aceh kemudian menjatuhkan hukuman 10 tahun penjara untuknya.
Tsunami yang membobol penjara Keudah pada 24 Desember 2004 membuat Irwandi lolos dari penjara. Entah bagaimana caranya, lewat Batam ia kabur ke Malaysia dan muncul di Helsinki, Finlandia, saat perundingan damai antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), 15 Agustus 2005.
Ketika perjanjian damai  ditandatangani, salah satu kesepakatannya adalah memberi pengampunan kepada tahanan politik. Dengan begitu, ia tak perlu lagi menghabiskan masa tahanannya. Irwandi pun muncul di depan publik dan duduk sebagai perwakilan GAM di misi pemantau perdamaian Aceh Monitoring Mission.
Setahun kemudian, bersama Muhammad Nazar, ia terpilih sebagai gubernur Aceh dan dilantik pada 8 Februari 2006. Belakangan, Irwandi pecah kongsi dengan pimpinan GAM yang kemudian membentuk partai lokal bernama Partai Aceh.
Usai masa jabatannya, dosen di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala ini kembali mengadu nasib mengincar posisi gubernur untuk kedua kalinya, sang incumbent akan melaju dengan menggandeng Muhyan Yunan. Mereka maju dari jalur perseorangan.
Muhyan Yunan sendiri adalah mantan Kepala Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Aceh. Lahir di Meukek pada 9 Juni 1953, Muhyan menyelesaikan pendidikan Strata-3 di Universitas Satyagama Jakarta (2005) dan University Utara Malaysia (UMM) Malaysia pada 2011.
Pasangan ini mengusung program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA), beasiswa anak yatim, bantuan keuangan Peumakmu Gampong dan Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat (PUEM).

drh. Irwandi Yusuf, M.Sc
Tempat/tgl lahir : Bireun, 2 Agustus 1960
Jabatan terakhir : Gubernur Aceh
Pendidikan : MIN Cot Bada tahun 1970, Madrasah Tsanawiyah Negeri Bieun tahun 1975, SNAKMA Saree tahun 1979, Sarjana (S1) Jurusan Klinik Veteriner Kedokteran Hewan Unsyiah Banda Aceh tahun 1987, Pasca Sarjana (S2) Veterinery Medicine, Oregon State University Amerika Serikat Tahun 1993.

Dr. Ir. Muhyan Yunan, M.Sc
Tempat/tgl lahir : Aceh Selatan, 9 Juni 1953
Jabatan terakhir : Kepala Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Aceh.
Pendidikan : SD Muhammadyah Meukek tahun 1966, SMP Negeri Meukek tahun 1969, SMA Negeri Tapaktuan tahun 1972,  Sarjana Muda Teknik Sipil Unsyiah tahun 1977, Fakultas Teknik Sipil (S1) Universitas Diponegoro tahun 1980, Pasca Sarjana (S2) Institut Teknologi Bandug, Jakarta 1992,  Master Dagree (S2) University of Strathclyde Glasgow United Kingdom Scotlandia tahun 1993, Doktor (S3) Universitas Satyagama Jakarta tahun 2005, Doktor (S3) University Utara Malaysia (UUM) Malaysia 2011.

Visi: Berlanjutnya perubahan yang fundamental di Aceh dalam segala sektor kehidupan masyarakat Aceh dan pemerintahan, yang menjunjung tinggi asas transparansi dan akuntabilitas, bagi terbentuknya suatu Pemerintahan Aceh bebas dari praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Sehingga mulai 2012, Aceh dapat terus tumbuh menjadi negeri makmur yang berkeadilan dan adil dalam kemakmuran.

Misi :
  • Membangun, meningkatkan dan memelihara infrasruktur dasar untuk mendukung sistem produksi serta pelayanan dasar.
  • Melanjutkan pembangunan SDM berlandaskan kompetensi dengan tetap berpegang pada nilai-nilai budaya masyarakat Aceh.
  • Membangun ekonomi kerakyatan yang merata di seluruh wilayah Aceh secara berkelanjutan dan berkeadilan.
  • Memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan berkeadilan dan ramah lingkungan guna mendukung pertumbuhan ekonomi Aceh.
  • Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan berwibawa guna mendukung pelayanan publik yang murah, cepat, tepat sasaran, berkualitas dan merata.
  • Mewujudkan perdamaian berkelanjutan melalui implementasi MoU Hesinki yang berdasarkan demokrasi dan Hak Asasi Manusia.
Referensi : kip-acehprov.go.id, atjehpost.com, www.suara-tamiang.com

Profil Ahmad Tajuddin-Teuku Suriansyah

April 01, 2012 0
Pasangan Nomor Urut Satu (Independen)
Pasangan yang mendapatkan nomor urut satu ini ikut bertarung dalam Pilkada Aceh melalui jalur perseorangan. 
Teungku Ahmad Tajudin, atau lebih dikenal dengan Abi Lampisang masih menjadi sosok yang misterius bagi sebagian besar masyarakat Aceh. Hal itu wajar karena sebelumnya Abi tidak eksis di media massa seperti halnya kandidat lain yang memiliki peran sorotan medium publik di Aceh. Baru menjelang Pemilukada saja Abi Lampisang terdengar di telinga masyarakat, lantaran maju sebagai Aceh satu melalui jalur independen bersama T. Surianyah.
Sehari-hari Teungku Ahmad Tajuddin adalah Pimpinan Lembaga Pendidikan Islam Dayah Al-Muhajirin Tgk. Chik Di Ujeun Lampisang Tunong, Seulimeum, Aceh Besar. Penulis Kitab 'Ilme Jihad Bak Reot Uhw Endatu' ini lahir di Seulimum pada 15 September 1962. Dia juga adalah mantan khadi di Gerakan Aceh Merdeka.
Adapun pasangannya, Suriansyah adalah mantan Direktur Utama pabrik kertas PT. Kertas Kraft Aceh (Persero) periode 2002-2007. Dunia politik tak asing lagi bagi pria kelahiran Lhokseumawe, 1 Mei 1954 ini. Lama di Golkar, ia pernah menjadi anggota MPR RI periode 1987-1992. Pada 1992-1999, ia menjadi anggota DPR-RI selama dua periode. Tahun 1999, masa Pemerintahan Gus Dur, Suriansyah menjadi anggota Tim Penasehat Presiden Urusan Aceh.

Tgk H Ahmad Tajuddin AB
Tempat/tgl lahir : Aceh Besar, 15 September 1962.
Jabatan terakhir : Pimpinan Lembaga Pedidikan Islam Dayah Al-Muhajirin Tgk Chik Diujeun Lampisang Tunong – Seulimuem.
Pendidikan : SD Negeri 1 Seulimuem Aceh Besar tahun 1976, Madrasah Tsanawiyah Dayah Malikussaleh Kec. Tanah Jambo Aye Panton Labu Aceh Utara tahun 2004, Madrasah Aliyah Dayah Malikussaleh Kec. Tanah Jambo Aye Panton Labu Aceh Utara tahun 2007.

Ir. H Teuku Suriansyah, M.Si
Tempat/tgl lahir : Lhokseumawe, 1 Mei 1954.
Jabatan terakhir : Anggota Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Pendidikan : SD Negeri 5 Lhokseumawe tahun 1965, SMP Negeri 1 Lhoksemawe tahun 1968, SMA Negeri 3 Setia Budi Jakarta tahun 1971, Fakultas Teknik Listrik (S1) Universitas Indonesia Jakarta tahun 1983, Pasca Sarjana (S2) Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia Jakarta tahun 1995.

Visi : Menyelamatkan kehidupan anak bangsa, dunia dan akhirat.

Misi :
  • Mempercepat pembangunan infrastruktur strategis
  • Mengedepankan nilai-nilai agama dan budaya daerah dalam aktifitas pembangunan
  • Memantapkan upaya peningkatan kesejahteraan khususnya di bidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan daya beli yang bermuara pada pengurangan kemiskinan.
  • Melestarikan lingkungan dan menjaga keserasian tata ruang
  • Meningkatkan nilai tambah sumber daya lokal dan menghidupkan pusat-pusat kegiatan ekonomi masyarakat secara merata
  • Meningkatkan kinerja birokrasi dan pemberantasan Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN).
Referensi : kip-acehprov.go.id, atjehpost.com, www.suara-tamiang.com

Profil Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh 2012-2017 Beserta Visi dan Misinya

April 01, 2012 0
Setelah mengalami penundaan, pelaksanaan Pilkada Aceh akan segera dihelat pada tanggal 9 April 2012. Ajang pesta demokrasi rakyat tersebut beberapa kali terpaksa harus ditunda pelaksanaanya disebabkan oleh beberapa hal, yang diantaranya adalah sempat terjadinya gangguan keamanan di Aceh dengan sejumlah aksi kekerasan menggunakan senjata api terjadi hingga merenggut korban nyawa, aksi tersebut dilatar belakangi oleh Pilkada itu sendiri.
Pilkada Aceh diyakini nantinya akan berjalan dengan damai, karena para kandidat, yaitu lima calon gubernur dan wakil gubernur serta sejumlah calon bupati/wakil bupati dan wali kota/wakil wali kota telah meneken deklarasi pilkada damai di Aceh. Kandidat diminta berkompetisi secara fair dan tidak saling intimidasi. Penandatangan deklarasi damai ini telah digelar di Masjid Baiturahman Banda Aceh, pada Rabu (14/3/2012). Mereka berikrar untuk tetap menjaga perdamaian dan menghormati hasil pilkada.
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh yang alkan digelar pada tanggal 9 April 2012 nanti itu akan dilaksanakan serentak dengan pilkada 17 bupati/wali kota dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
Yang paling menjadi sorotan publik pada saat ini adalah siapakah yang nantinya akan menduduki tampuk kekuasaan tertinggi di Aceh tersebut. Karena ke 5 calon gubernur dan wakil gubernur pada pilkada Aceh kali ini memiliki kekuatan tersendiri yang tidak dapat dipungkiri lagi akan dapat membingungkan para pemilih nantinya.
Dari lima kandidat calon gubernur dan wakil gubernur, terdapat tiga calon jalur perseorangan (independen) dan dua calon jalur partai. Para calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh pada Pilkada Aceh 2012 bisa dikatakan sangat bervariasi, karena datang dari berbagai kalangan, mulai dari ulama kharismatik, akademisi, tokoh politik Aceh, mantan gubernur, dan mantan wakil gubernur, mereka ikut ambil bagian dalam mencoba peruntungannya untuk bisa menjadi orang No. 1 di Aceh.
Dan berikut profil 5 calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh pada Pilkada Aceh 2012 sesuai dengan nomor urut :
  1. Ahmad Tajuddin-Teuku Suriansyah
  2. Irwandi Yusuf-Muhyan Yunan
  3. Darni M Daud-Ahmad Fauzi
  4. Muhammad Nazar-Nova Iriansyah
  5. Zaini Abdullah-Muzakkir Manaf
Klik nama kandidat untuk melihat profil!!!

Saturday, March 10, 2012

AJI Lhokseumawe Gelar Lomba Menulis Artikel

March 10, 2012 1
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lhokseumawe, bekerjasama dengan PT Arun NGL, menyelenggarakan lomba penulisan artikel untuk wartawan dan mahasiswa se Provinsi Aceh.





Tema : “Pentingnya Alih Fungsi Kilang Arun Untuk Menggerakan Perekonomian Daerah”

SYARAT LOMBA MENULIS
  1. Peserta warga Negara Indonesia.
  2. Lomba terbuka untuk kategori jurnalis dan mahasiswa se Provinsi Aceh.
  3. Karya yang akan dilombakan, belum pernah diterbitkan dalam bentuk buku dan dipublikasikan lewat media cetak atau elektronik, serta tidak sedang diikutkan dalam kompetisi atau kegiatan serupa lainnya.
  4. Karya yang diikutsertakan bukan saduran, terjemahan, plagiat atau pun murni menjiplak, baik sebagian maupun keseluruhan, dari naskah yang telah ada sebelumnya.
  5. Tiap peserta dapat mengirimkan maksimal dua artikel terbaik ke panitia pelaksana
  6. Peserta melampirkan biodata singkat dan nomer telepon/handphone yang bisa dihubungi.
  7. Karya wajib dikirim dengan format kertas A4, Margin Normal, font Arial 12 pt, spasi 1,5 dan 700-1200 kata.
  8. Karya diterima panitia sejak 15 – 31 Maret 2012
  9. Naskah dikirim via email ke ajilhokslombanulis@yahoo.com
  10. Dewan juri menetapkan 3 pemenang untuk masing-masing kategori
  11. Panitia menyediakan hadiah berupa :
    • Kategori Wartawan
      • Juara I – Rp.3.000.000.00,- dan piagam penghargaan.
      • Juara II – Rp.2.000.000.00,- dan piagam penghargaan.
      • Juara III- Rp.1.000.000.00,- dan piagam penghargaan.
    • Kategori Mahasiswa
      • Juara I – Rp.3.000.000.00,- dan piagam penghargaan.
      • Juara II – Rp.2.000.000.00,- dan piagam penghargaan.
      • Juara III- Rp.1.000.000.00,- dan piagam penghargaan.
  12. Keputusan dewan juri bersifat mutlak dan tidak dapat di ganggu gugat.
  13. Informasi lengkap tentang lomba dapat diakses melalui www.ajilhokseumawe.com, atau Facebook : ajilhoks lombanulis atau twitter ajilhokseumawe.
  14. Pengumuman pemenang diumumkan melalui media massa

Monday, February 20, 2012

Kompetisi Menulis Dan Foto Tentang Pemilukada Aceh

February 20, 2012 0
Dalam rangka mendorong partisipasi masyarakat mensukseskan Pemilukada Aceh 2012, Media Center KIP Aceh menyelenggarakan kompetisi menulis dan foto untuk jurnalis, masyarakat umum, dan mahasiswa/pelajar. Kegiatan ini merupakan bagian dari pendidikan pemilih untuk membangun demokrasi yang lebih baik di Aceh.

Dengan Tema “Membangun demokrasi dan menggugah partisipasi masyarakat dalam Pemilukada Aceh 2011-2012”
Info lengkapnya dapat di unduh DISINI!!!

Sumber : http://kip-acehprov.go.id/Latest/kompetisi-menulis-dan-foto-tentang-pemilukada-aceh.html

Wednesday, January 18, 2012

Muhammad Hasan Tiro : Sang "Wali Nanggroe"

January 18, 2012 9
Teungku Hasan Muhammad di Tiro (25 September 1925 – 3 Juni 2010) adalah pejuang sekaligus pahlawan bagi rakyat Aceh. Komitmennya untuk Aceh berdiri sendiri dalam bingkai Syariat Islam lewat kemerdekaan penuh yang tidak pernah padam, sebagaimana para pejuang Aceh lainnya dulu ketika menghadapi kolonialis Belanda. Komitmennya untuk Aceh tidak perlu dipertanyakan lagi. Jawa adalah bukti bahwa di Indonesia ada ketimpangan dan ketidak adilan, bahwasanya ada jurang pemisah antara Jawa-non Jawa. Kita mencatat, Hasan Tiro adalah sosok sentral yang mempertinggi posisi tawar Aceh di mata Jakarta, sehingga di taman raya Indonesia, Aceh mendapat status otonomi khusus yang luar biasa.
Beliau dapat ditempatkan sejajar dengan pemikir sekaliber Muhammad Hatta, Syahrir, Soekarno atau Marx dan Lenin sekalipun. Semangat patriotismenya bisa ditempatkan sebanding dengan Fidel Castro, Nelson Mandela atau George Washington.

Perjalanan Hidup
Hasan Tiro adalah Anak kedua pasangan Tengku Muhammad Hasan dan Pocut Fatimah ini lahir di Tiro 25 September 1925.
Hasan Tiro awalnya adalah seorang yang sangat nasionalis. Jauh sebelum mengobarkan perang total dengan Indonesia. Karena jenius, Hasan Tiro direkomendasikan Teungku Daud Beureueh kepada Perdana Menteri Indonesia waktu itu, Syafruddin Prawiranegara, untuk kuliah di UII. Hasan Tiro diterima di Fakultas Hukum dan tamat tahun 1949. Di universitas ini namanya tercatat sebagai pendiri Pustaka UII bersama Kahar Muzakkar, tokoh Sulawesi Selatan yang kelak menggerakkan pemberontakan DI/TII bersama Daud Beureueh dan Imam Kartosuwiryo (1953-1962).
Lulus dari UII, ia kemudian mendapat beasiswa dari pemerintah Indoensia untuk melanjutkan pendidikanya ke Amerika Serikat. Ia mengambil jurusan Ilmu Hukum International di Universitas Columbia. Setelah menyelesaikan program doktor ia masih sempat bekerja di KBRI di Amerika.
Pada tahun 1953, Aceh diguncang pemberontakan Darul Islam, yang dipimpin langsung oleh Teungku Daud Beureueh, Aceh melawan Jakarta, karena Soekarno dianggap ingkar janji. Dan Pandangan politiknya mulai berbalik 180 derajat ketika pemerintah Indonesia di masa Perdana Menteri Ali Sastroamidjo (1953-1955) mengejar pasukan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) hingga ke pedalaman Aceh. Menurut salah satu surat kabar di New York bahwa sekitar 92 warga sipil di Pulot, Cot Jeumpa Leupung, Aceh Besar, dibantai serdadu republik pada 26 Februari 1954. Ini ekses akibat ditembaknya belasan prajurit Indonesia oleh mujahidin DI/TII Aceh dua pekan sebelumnya. Karena para mujahid sudah menghilang dari kawasan itu, maka warga sipillah yang dijejerkan di pinggir laut, lalu ditembak mati. Hanya satu yang tersisa hidup. Ia pula yang membeberkan pembantaian sadis itu kepada Acha, wartawan Harian Peristiwa. Asahi Simbun, Washington Post, dan New York Times ikut melansir berita tersebut.
Dari kota “melting pot” New York, spontan ia layangkan surat pada 1 September 1954 kepada Perdana Menteri Indonesia Ali Sastroamidjojo. Ia desak Indonesia untuk segera minta maaf dan mengakui bahwa pembantaian warga sipil tersebut merupakan genosida (pembantaian etnis Aceh). Para pelaku dimintanya agar dihukum berat.
Menurut Hasan Tiro persoalan yang dihadapi Indonesia sesungguhnya bukan tidak bisa dipecahkan, tetapi Ali Sastroamidjojolah yang mencoba membuatnya menjadi sukar. Menurutnya jika Ali Sastroamidjojo mengambil keputusan untuk menyelesaikan pertikaian politik tersebut dengan jalan semestinya, yakni perundingan, maka keamanan dan ketentraman akan meliputi seluruh tanah air Indonesia pada saat itu.
Oleh karena itu, demi kepentingan rakyat Indonesia Hasan Tiro menganjurkan Ali Sastroamidjojo mengambil tindakan: Pertama, Hentikan agresi terhadap rakyat Aceh, rakyat Jawa Barat, Jawa Tengah, rakyat Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan rakyat Kalimantan. Kedua, Lepaskan semua tawanan-tawanan politik dari Aceh, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan rakyat Kalimantan. Ketiga, Berunding dengan Teungku Muhammad Daud Beureuh, S.M. Kartosuwirjo, Abdul Kahar Muzakar, dan Ibnu Hajar. Jika sampai pada tanggal 20 September 1954, anjuran-anjuran ke arah penghentian pertumpahan darah ini tidak mendapat perhatian Ali Sastroamidjojo, maka untuk menolong miliunan jiwa rakyat yang tidak berdosa yang akan menjadi korban keganasan agresi yang Ali Sastroamidjojo kobarkan, Maka Hasan Tiro dan putera-puteri Indonesia yang setia, akan mengambil tindakan-tindakan berikut:
  • Pertama, Kami akan membuka dengan resmi perwakilan diplomatik bagi Republik Islam Indonesia di seluruh dunia, termasuk di PBB, benua Amerika, Asia dan seluruh negara-negara Islam.
  • Kedua, Kami akan memajukan kepada General Assembly PBB yang akan datang segala atas kekejaman, pembunuhan, penganiayaan, dan lain-lain pelanggaran terhadap Human Right yang telah dilakukan oleh regime Komunis–Fasis Ali Sastroamidjojo terhadap rakyat Aceh. Biarlah forum Internasional mendengarkan perbuatan-perbuatan maha kejam yang pernah dilakukan di dunia sejak zamannya Hulagu dan Jenghis Khan. Kami akan meminta PBB mengirimkan komite ke Aceh. Biar rakyat Aceh menjadi saksi.
  • Ketiga, Kami akan menuntut regime Ali Sastroamidjojo di muka PBB atas kejahatan genoside yang sedang Ali Sastroamidjojo lakukan terhadap suku bangsa Aceh.
  • Keempat, Kami akan membawa ke hadapan mata seluruh dunia Islam, kekejaman-kekejaman yang telah dilakukan regime Ali Sastroamidjojo terhadap para alim ulama di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Tengah dan sebagian Kalimantan.
  • Kelima, Kami akan mengusahakan pengakuan dunia Internasional terhadap Republik Islam Indonesia, yang sekarang de facto menguasai Aceh sebagian Jawa Barat dan Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Tengah dan sebagian Kalimantan.
  • Keenam, Kami akan mengusahakan pembaikotan diplomasi dan ekonomi internasional terhadap regime Ali Sastroamidjojo dan penghentian bantuan teknik dan ekonomi PBB, Amerika Serikat dan “Colombo Plan”.
  • Ketujuh, Kami akan mengusahakan bantuan moral dan materi buat Republik Islam Indonesia dalam perjuangannya menghapus regime teroris Ali Sastroamidjojo dari Indonesia.
Setelah lewat 20 September 1954 anjuran-anjuran Hasan Tiro tidak diindahkan. Ali Sastroamidjojo kemudian mengirimkan delegasinya ke PBB untuk membuat serangkaian fitnah-fitnah keji kepada Hasan Tiro, diantaranya menyatakan bahwa Hasan Tiro mendapat sokongan dari golongan bukan Indonesia dan ancaman bahwa setiap campur tangan untuk membantu gerombolan Darul Islam akan ditolak dan pada hakekatnya merupakan perbuatan yang tidak bersahabat terhadap Republik Indonesia. Hasan Tiro berjuang keras di New York untuk memasukkan persoalan DI/TII ke dalam forum PBB dengan tujuan supaya kepada rakyat Aceh terutama diberi hak menentukan nasib sendiri (self determination). Akan tetapi usaha mulianya ini menemukan kegagalan.
Selain itu Pemerintah mencabut Paspor diplomatik Hasan Tiro supaya Hasan Tiro diusir dari Amerika akibatnya 27 September 1954 Hasan Tiro ditahan oleh Jawatan Imigrasi New York. Tetapi karena bantuan beberapa orang senator, Hasan Tiro diterima sebagai penduduk tetap di Amerika Serikat. Sejak itu kita tahu dia menjadi pengkritik keras Soekarno.
Pada 1958, Hasan menulis buku penting di New York berjudul Demokrasi untuk Indonesia. Dia mengusulkan negara federal untuk Indonesia, melawan konsep negara persatuan versi Soekarno. Dia mengkritik pedas sistem negara kesatuan, yang menguntungkan etnis besar Jawa, dan cuma mendukung apa yang disebutnya “demokrasi primitive”. Baginya, Indonesia terlalu luas untuk diatur secara sentralistik dari Jakarta. Pada tahun 1958, Hasan Tiro menuangkan pemikiran dalam buku berjudul “Demokrasi untuk Indonesia”. Di situ ia tawarkan federasi sebagai bentuk Pemerintah Indonesia, tujuannya agar hubungan daerah dan pusat tidak timpang.
Hasan lalu melompat ke ide yang lebih radikal, dia menggeser pemikirannya ke nasionalisme Aceh. Pada 1965, pamfletnya “Masa Depan Politik Dunia Melayu” menolak ide Republik Indonesia.  Kata Hasan, Indonesia tak lain dari proyek “kolonialisme Jawa”, dan warisan tak sah perang kolonial Belanda. Dengan kata lain, dia menyangkal penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Indonesia pada 1949. Baginya, hak merdeka harus dikembalikan kepada bangsa-bangsa seperti Aceh atau Sunda, yang sudah berdaulat sebelum Indonesia lahir.
Sejak itu dia menjelajahi sejarah, menulis sekian pamflet tentang nasionalisme Aceh. Pada karyanya yang lain,  “Atjeh Bak Mata Donja” (Aceh di Mata Dunia) ditulis dalam bahasa Aceh pada 1968, dia menguraikan problem absennya kesadaran historis dan politis rakyat Aceh setelah Perang Belanda. Dia mulai merekonstruksi sejarah Aceh, dan menegasi segala upaya integrasi dengan republik.
Hasan mengkaji lima editorial The New York Times sepanjang April–Juli 1873, fase pertama Perang Aceh melawan Belanda.  Dia menggali kembali patriotisme Aceh. Harian kondang itu mengakui kapasitas kesultanan Aceh saat berperang melawan Belanda. Perang menentukan ini, kata Hasan, hanya mungkin dikobarkan karena semua pahlawan Aceh tahu “bagaimana mati” sebagai manusia terhormat.
Ada dua dokumen penting yang dia dapat di Markas PBB yang membulatkan tekadnya untuk memisahkan Aceh dari Indonesia. Dokumen itu berupa Resolusi PBB tentang Hak untuk Menentukan Nasib Sendiri (Right to Self Determination). Dokumen lainnya, berupa resolusi bahwa negara kolonial tidak boleh menyerahkan anak jajahannya kepada negara lain. Ia menilai, Perang Belanda terhadap Aceh tidak menyebabkan Aceh takluk dan dikuasai sepenuhnya oleh Belanda. Selain itu, Belanda tak berdasar menyerahkan Aceh–melalui Konferensi Meja Bundar 1949–kepada Indonesia (Jawa), mengingat Belanda tak berkuasa penuh atas Aceh, malah lari meninggalkan Aceh, setelah tentara Jepang diundang ulama masuk Aceh.
Ditambah alasan-alasan sejarah, etnosentris, dan penguasaan ekonomi oleh Jakarta atas Aceh, membuat Hasan Tiro punya banyak alasan menyambung perjuangan kakek buyutnya, Tgk Chik Di Tiro, untuk mempertahankan kedaulatan Aceh. Ia mengimajinasikan sebuah negara/kerajaan sambungan (succesor state). Untuk itu, Aceh harus mandiri dari Indonesia.

Kamp militer di Libya
Hasan paham, Aceh tak mudah diarak ke jalan merdeka. Satu-satunya cara adalah mencari pengakuan internasional, dan berjuang dengan tema hak menentukan nasib sendiri. Hasan melakukan lobi internasional, dan terus berkampanye tentang “dekolonisasi” Indonesia. Pada masa 1980-1990an, dia bergandengan dengan gerakan separatis lain, seperti Timor Timur (Fretilin) dan Republik Maluku Selatan (RMS).
Pada 1980an, ketika gerakannya dipukul secara militer, Hasan membangun kembali gerakan bersenjatanya di luar Aceh. Pada 1986, dia memilih Libya sebagai kamp pelatihan militer. Selama empat tahun kemudian, dia melatih hampir 800 pemuda Aceh. Tak hanya ketrampilan militer, tapi juga dan ideologi keAcehan.  Selama di Libya, Hasan terlibat intensif dalam gerakan anti-imperialisme. Selama tahun-tahun itu dia ditunjuk selaku Ketua Komite Politik World Mathabah, satu organisasi revolusioner berbasis di Tripoli. Wadah itu didirikan pemimpin Libya Muamar Khadafi,  untuk suatu proyek melawan hegemoni Amerika. Dalam bahasa politik, inilah front menentang imperialisme, rasisme, zionisme dan fasisme.

DOM (Daerah Operasi Militer)
Pemerintahan Fasis Orde Baru segera mengantisipasi gerakan ini. Berbagai aksi militer dilancarkan. Aceh kemudian di jadikan ladang Daerah Operasi Militer (DOM). Akibatnya tindak kekerasan/penyiksaan, penangkapan tanpa prosedur, penculikan, pelecehan seksual dan pemerkosaan, penghilangan nyawa manusia dan praktek-praktek pelanggaran hukum dan HAM lainnya berlangsung hampir setiap saat.
Pembantaian rakyat Aceh selama berlangsungnya Operasi Militer sejak 1989 hingga 1998 mencapai 30.000 nyawa. Sungguh malapetaka peradaban yang hanya bisa terjadi dalam masyarakat primitif. Maka orang yang wajib bertanggungjawab atas pembantaian-pembantaian tersebut dan segera disidangkan ke masjlis Umum PBB atas nama penjahat perang adalah Jenderal Soeharto, Jenderal (Purn) L. B. Moerdani, Jenderal (Purn) Try Sutrisno, Letjen (Purn) Syarwal Hamid, Jenderal (Purn) Feisal Tanjung, Mayjen (Purn) H. R. Pramono, Letjen Prabowo Subianto, Ibrahim Hasan (Gubernur Aceh periode 1986-1993).
Pasca jatuhnya pemerintahan Pembantai Rakyat Soeharto, isu “Aceh merdeka” kembali menjadi sorotan dunia. pada 25 Januari 1999 Hasan Tiro menandatangani surat perihal GAM yang dikirim kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Akhir tahun 2002, Hasan Tiro menandatangani deklarasi berdirinya Negara Aceh Sumatra

Perdamaian
Pada tahun 2000 status darurat militer akhirnya diturunkan menjadi darurat sipil. Dan akhirnya Allah menggenapkan darurat Aceh dengan darurat Tsunami, tepatnya pada tanggal 26 Desember 2004 tsunami telah meluluh lantakkan bumi Serambi Mekkah tersebut. Sekitar 200.000 warga Aceh meninggal dan hilang. Hasan Tiro yang saat itu menonton tayangan televisi di Norsborg, Swedia, menitikkan air mata. Aceh yang ingin dia rebut sedang luluh lantak. Terjerembab ke titik nadir peradaban. Perlu kondisi damai untuk membangun kembali Aceh dari keterpurukan.
Lalu, Hasan Tiro dan elite GAM menyahuti tawaran RI untuk berdamai. Kita melihat bagaimana episode pergolakan ini selesai di meja perundingan di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005. Perdamaian ini pula yang memungkinan Hasan Tiro dan Malik Mahmud yang awalnya paling dicari aparat keamanan Indonesia, bisa leluasa pulang ke Aceh.

Pulang Kampung
Pada 9-10 Oktober 2008 Ratusan kendaraan yang membawa ribuan warga Aceh yang datang dari berbagai kabupaten seperti Aceh Timur, Aceh Utara, Bireun, dan Pidie memadati Banda Aceh. Mereka berkumpul di Kompleks Masjid Raya Baiturrahman Kota Banda Aceh dan rela menginap di tempat-tempat terbuka seperti pelataran Masjid Raya menyambut kedatangan Wali Nanggroe yang juga proklamator Gerakan Aceh Merdeka Hasan Tiro.
Antusiasme juga terlihat dari pengurus dan simpatisan Partai Aceh, salah satu partai lokal yang didirikan mantan aktivis GAM. Ratusan kendaraan yang lalu lalang di berbagai jalan utama kota Banda Aceh ditempeli berbagai atribut Partai Aceh.
Pada 11 Oktober 2008 Pesawat sewaan yang mengangkut mantan pemimpin GAM Hasan Tiro (83) mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, NAD. Kedatangan Hasan Tiro dan rombongan dari Kuala Lumpur, Malaysia, dikawal ketat oleh satuan tugas yang dibentuk Komite Peralihan Aceh.
Saat turun dari tangga pesawat, Begitu turun dari pesawat, Hasan Tiro langsung bersujud mendapat kalungan bunga dari Wakil Gubernur NAD Muhammad Nazar. Dalam rombongan Hasan Tiro terlihat antara lain Gubernur Irwandi Yusuf dan sejumlah mantan petinggi GAM, yakni Muzakkir Manaf serta Dr Zaini Abdullah. Hasan Tiro melambaikan tangan ke arah ratusan orang yang berkumpul di Bandara.
Dari bandara, rombongan Hasan Tiro langsung menuju Masjid Raya Banda Aceh, pusat berkumpulnya ratusan ribu warga. Namun, kondisi fisik dan usia Hasan Tiro tak memungkinkannya berbicara lama secara langsung dengan massa di hadapannya. Hasan Tiro hanya berpidato secara singkat dalam bahasa Aceh. ”Assalamualaikum, saya sudah kembali ke Aceh. Allahu Akbar,” ujarnya.
Kemudian ia kembali ke Swedia dan akhirnya kembali menetap di Aceh pada tahun 2010. Masih banyak orang yang berharap ia kembali menjadi pemimpin sejati masyarakat. Ia lalu dipanggil “Wali Nanggroe”, penghargaan adat yang tidak pernah diberikan kepada siapapun selain Hasan Tiro sepanjang sejarah Aceh. Gelar ini diberikan secara “aklamasi” tanpa sebuah proses apapun. Hampir semua orang Aceh tahu kalau ia adalah Wali Nanggroe.

Sang Wali Pergi
Pada 3 Juni 2010, Hasan Tiro kembali terbaring sakit. Jantung, dan komplikasi organ dalam, memaksanya berdiam di Rumah sakit Zainoel Abidin, Banda Aceh. Tekanan darahnya 70-40. Seiring dengan dunia yang terus berputar, dan waktu menjawab banyak persoalan. Kamis, 4 Juni 2010, 26 jam setelah pemerintah Indonesia memberikan hak kewarganegaraan Indonesia kepadanya, Hasan Tiro menghembuskan nafas terkahir di Banda Aceh. Ia dimakamkan di sisi kuburan kakeknya, Teungku Chik Di Tiro, di Aceh Besar. Di sana ia mengakhiri semua petualangan dan perjuangan ideologisnya. Pada saat matahari tegak lurus dengan bumi, pada hari itu, orang-orang Aceh meratap. “Sang Wali” terakhir itu akhirnya pergi. Terima kasih Teungku, selamat jalan Wali.

Wednesday, December 28, 2011

Punk In Muslim

December 28, 2011 2
Akhir-akhir ini telinga masyarakaat Aceh diakrabkan dengan yang namanya Punk. Dimana pada beberapa pekan yang lalu sekitar 65 orang anak-anak punk aceh terjaring razia di Aceh ketika mereka sedang menggelar konser di taman budaya. Mereka semua ditangkap dan dibawa ke Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, anak-anak punk tersebut mereka semua digunduli kepalanya dan kemudian diceburkan ke kolam. Kejadian ini sendiri sentak mendapatkan perhatian khusus dari media-media luar negeri diantaranya ada Washington post, voice of America news, BBC news, Bangkok post, metro London, dll. Dan tidak sedikit dari mereka yang mengecam tindakan penangkapan tersebut dalam pemberitaannya.
Berangkat dari kejadian tersebut menambah keingin tahuan saya tentang komunitas punk itu sendiri. Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Punk bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik. Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi.
Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar, beat yang cepat dan menghentak. Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.
Seperti yang digambarkan dalam salah satu film yang cukup terkenal di Indonesia yaitu “Punk in Love” yang dibintangi oleh Vino G. Bastian, punk sangat identik dengan fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker. Namun jangan heran kalau anda melihat ada anak punk yang rajin sholat lima waktu dan pintar ngaji lagi. Itulah yang dinamakan dengan Punk Muslim.
Punk Muslim berdiri pada Ramadhan 1427 H lalu, yang digagas oleh seorang Budi Khoironi (Alm.), yang akrab dipanggil Buce. Buce yang jebolan pesantren ini menganggap masih ada harapan untuk memperbaiki kondisi pemuda yang berada di komunitas punk yang sudah telanjur dianggap hidup tanpa orientasi, antikemapanan, dan meninggalkan agamanya.Susah payah Buce merangkul anak-anak punk dan mengajak mereka kembali ke Islam, agama yang sebagian besar dianut oleh komunitas ini. Pilihan Buce untuk hidup di jalanan adalah pilihan untuk menyentuh objek dakwah yang tak pernah disentuh, yaitu anak-anak jalanan. Keprihatinan dan kesukaan Buce terhadap musik dan kesenian sempat dituangkannya dalam sanggar kesenian bernama Warung Udix Band, sekitar 8 tahun lalu. Di sanggar inilah, anak-anak jalanan berkumpul untuk latihan band sekaligus belajar mengaji. Namun ternyata, kedekatan Buce dengan komunitas punk dan anak jalanan tidak berlangsung lama karena Allah swt memanggil Buce pada Mei 2007. Buce meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Sebelum meninggal, Buce telah menitipkan amanah untuk membimbing dan mengasuh komunitas punk dan anak jalanan tersebut kepada Ahmad Zaki.
Buat Zaki, bergaul dengan komunitas punk dan anak jalanan ternyata tak semudah yang dibayangkan. Pada awalnya, dirinya pun tidak diterima oleh komunitas punk tersebut, tapi dengan usaha yang keras, Zaki pun dapat melanjutkan tongkat estafeta dari Buce yang diembankan kepadanya. Kuncinya hanya satu, Zaki selalu mengingat pesan Buce untuk tidak menggunakan bahasa-bahasa yang terlalu elit dan bersifat menggurui kepada komunitas itu. Walhasil, dalam percakapan, kata lu-gue sudah jadi unsur wajib dalam bahasa yang mereka gunakan selayaknya sahabat, bukan antara guru dengan murid.
Zaki melanjutkan usaha Buce dengan menggelar pengajian rutin untuk anak-anak jalanan mulai 1428 H, seminggu dua kali, yaitu malam Selasa untuk belajar membaca Alquran, dan malam Jumat untuk kajian keislaman yang sifatnya diskusi dan berbagai ilmu tentang Islam. Menurut Zaki, panggilan hatinya untuk membimbing anak-anak punk kembali ke Islam lebih besar daripada janjinya kepada Buce untuk membina anak-anak punk tersebut. Walhasil, meskipun jumlah peserta pengajian anak-anak jalanan tersebut berkurang dari 50 orang hingga menjadi 20 orang, Zaki tetap optimis karena itu adalah sunnatullah. Peserta pengajian itu berasal dari berbagai profesi, usia, dan latar belakang pendidikan, seperti ada yang hanya tamat kelas 2 SD hingga S1, berusia 15 hingga 28 tahun, dan ada yang berprofesi sebagai pedagang asongan, pengamen, pelukis, bahkan pemahat patung, ada yang laki-laki dan ada pula perempuan. Jumlah yang sedikit itu tetap dioptimalkan Zaki untuk tetap mengingatkan mereka agar menghindari hal-hal negatif dan menanamkan nilai-nilai akhlak Islami. Salah satu upaya Zaki adalah dengan memanajemen band 'warisan' Buce bernama Punk Muslim.
Zaki sebagai pengasuh PM pun melakukan berbagai variasi kegiatan untuk komunitas ini, seperti mabit tiap dua bulan sekali, tafakur alam setiap tahun, dan rekrutmen. Selain kegiatan tersebut, PM juga kebanjiran agenda silaturahim, bulan lalu, PM jaulah ke komunitas punk di Indramayu yang juga merasakan hidayah untuk kembali ke Islam dengan meneladani PM di Jakarta.
Salah satu PR bagi Zaki dalam pembinaan komunitas punk ini adalah meluruskan paradigma pergaulan yang lekat pada sebagian besar anak-anak punk, misalnya soal free sex. Sebagian anak-anak punk mengakui telah melakukan dosa besar dan ada pula yang menikah karena telah hamil. Ada pula yang menjalani proses pernikahan dengan seorang muslimah penghafal Alquran 18 juz, namun gagal karena beberapa alasan. Zaki mengakui, intensitas pergaulannya dengan anak-anak punk juga mengundang kritik dari berbagai pihak, misalnya dari keluarga dan sahabat. Tak sedikit dari mereka juga enggan mengikuti Zaki untuk berdakwah di kalangan minoritas tersebut. Namun, Zaki terus bertahan dan berharap ada teman-teman dai yang mengikuti jejaknya. Terakhir, Zaki mengingatkan dengan tulus, bahwa anak-anak punk dapat pula menjadi agent of change jika saja ada yang terus membimbing dan mengarahkan mereka dalam keislaman.
Nah, hal yang tersebut diataslah yang seharusnya sangat patut dicontoh oleh Pemerintah Aceh dalam menghadapi para Punkers yang merajalela di Aceh. Harapannya pembekalan yang diberikan di SPN Seulawah bukan hanya sekedar pembekalan biasa, tapi juga pembekalan spirualitas yang nantinya akan mampu merubah para Punker's Aceh tersebut menjadi salah satu majelis dakwah seperti halnya yang telah dilakukan oleh Zaki dkk, hal tersebut dilakukan juga dalam rangka mewujudkan pengimplementasiaan Syariat Islam di bumi Aceh. Jadi, tidak masalah jika komunitas Punk itu exist di bumi Aceh, asalkan tampang boleh aja Punk namun hati haruslah senantiasa diisi dengan shalat, ngaji, zikir, puasa, dan ibadah lainnya.

Monday, December 26, 2011

Hafalan Shalat Delisa : Sepenggal Kisah Dasyatnya Tsunami Aceh

December 26, 2011 0
Pada 26 Desember 2004, tsunami melanda sebagian Aceh dan beberapa wilayah lain di dunia. Kini, hampir tujuh tahun sesudah peristiwa itu, dirilis film Hafalan Shalat Delisa, yang mengangkat secuplik kisah mereka yang selamat dari gelombang dahsyat tersebut.
Film yang mengangkat cerita dari novel berjudul sama karya Tere Liye dan disutradarai oleh Sony Gaokasak tersebut tak hanya mengetengahkan sisi tragedinya, tapi juga menyampaikan nilai Islami dan budaya Aceh. Tokoh utamanya Delisa (yang dimainkan oleh Chantiq Schagerl), seorang gadis tujuh tahun yang tinggal di Lhok Nga, Aceh, bersama ketiga kakaknya, Fatimah (Ghina Salsabila), Aisyah (Reska Tania Apriadi), dan Zahra (Riska Tania Apria). Kepada Delisa ditanamkan nilai agama oleh ibunya, Ummi (Nirina Zubir), dan ayahnya, Abi Usman (Reza Rahardian).
Delisa sedang belajar keras hafalan shalat dan mencari arti shalat  dengan khusyu’ . Saat menjalani ujian sholat, tiba-tiba gempa bumi dan disusul tsunami besar  menghancurkan Lohk Nga Aceh. Delisa yang sedang khusyu’ dengan hafalan shalatnya tidak mengetahui peristiwa tersebut. Saat tersadar, Delisa harus menerima takdir kehilangan satu kakinya.
Bagaimana perjuangan Delisa? Akankah ia berkumpul lagi dengan saudara-saudaranya? Film yang juga dimainkan oleh Mike Lewis, Al Fathir Muchtar, dan Joe P Project ini akan mulai diputar serentak di gedung-gedung bioskop Tanah Air pada 22 Desember 2011 yang lalu.

Monday, October 10, 2011

Lomba Cipta Cerpen Berbahasa Aceh

October 10, 2011 0
Pusat Studi Bahasa Daerah Aceh (PUSBADA) menyelenggarakan “Lomba Cipta Cerpen Berbahasa Aceh”. Persyaratan :
  1. Naskah ditulis dalam bahasa Aceh standar, diketik pada kertas kuarto (A4), huruf Book Antiqua, font 12 pt, spasi 1.5.
  2. Panjang naskah minimal 3 halaman.
  3. Naskah dikirim 3 rangkap dengan melampirkan softcopy (CD atau flashdisk).
  4. Naskah bukan jiplakan/plagiat dan tidak sedang/sudah dipublikasikan.
5.   Naskah diterima s.d. 15 Desember 2011 dan dikirim ke: Panitia Lomba Cipta Cerpen Berbahasa Aceh, Pusat Studi Bahasa Daerah Aceh, Universitas Syiah Kuala d.a Prodi MPBSI Unsyiah, Gedung Pascasarjana Unsyiah.
Pada kiri atas amplop ditulis:
“Lomba Cipta Cerpen Berbahasa Aceh”

Hadiah:
  • Pemenang I     Rp. 2.000.000 + trofi
  • Pemenang II    Rp. 1.500.000 + trofi
  • Pemenang III Rp. 1.000.000 + trofi
  • 10 cerpen terbaik akan dibukukan

Untuk informasi lebih lanjut:
CP : 081360109649 (Ketua Panitia)

Sumber : Koran Serambi Indonesia, Minggu, 09 Oktober 2011