Blognya Anak Kuliahan

Showing posts with label Resensi Buku dan Film. Show all posts
Showing posts with label Resensi Buku dan Film. Show all posts

Tuesday, June 25, 2013

Trikotomi Masyarakat Jawa : Abangan, Santri, Priyayi

June 25, 2013 0

Di kalangan ilmuan (sosial-budaya) di Indonesia, Clifford Greetz mempunyai kedudukan yang khusus. Karyanya terbilang monumental, dalam arti menjadi bahan acuan pada berbagai diskusi sosial budaya Indonesia. Diantara buah pikirannya yang paling populer dirujuk, baik diterima maupun untuk dikritik, adalah klasifikasinya terhadap masyarakt Jawa dalam bukunya, “The Religion of Java” yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Aswab Mahasin menjadi “Abangan, Santri, Priyayi dalam masyarakat Jawa”.

Arti penting karya Greetz ini adlah sumbangannya mengenai sistem-sitem simbol, yaitu, bagaimana hubungan antara struktur-struktur sosial yang ada dalam suatu masyarakat dengan pengorganisasian dan perwujudan simbol-simbol, dan bagaimana para anggota masyarakat mewujudkan adanya integrasi dan disintegrasi dengan cara mengorganisasi dan mewujudkan simbol-simbol tertentu, sehingga perbedaa-perbedaan yang nampak diantara struktur sosial yang ada dalam masyarakat tersebut bersifat komplementer.

Masyarakat Jawa di Mojokuto dilihatnya sebagai sistem sosial, dengan kebudayaan jawanya yang akulturatif dan agamanya yang sinkretik, yang terdiri atas tiga sub kebudayaan Jawa yang masing-masing merupakan struktur-struktur sosial yang berlainan. Abangan, santri dan priyayi yang walaupun masing-masing merupakan struktur-sturktur sosial yang berlainan, tetapi masing-masing saling melengkapi satu sama lainnya dalam mewujudkan adanya sistem sosial jawa di Mojokuto. Tesis dalam bukunya tersebut, yaitu: agama bukan hanya memainkan peranan bagi terwujudnya integarasi tetapi juga memainkan peranan pemecah belah dalam masyarakat. Jadi perhatian Greetz menurut Harsja W. Bachtiar (1973 : 521) adalah masalah perpecahan dalam sistem sosial orang Jawa di Mojokuto, bukan pada integrasi yang terwujud di dalamnya.

Dalam buku hasil penelitiannya ini Greetz sekalipun tidak mengatakan secara tersurat kerangka teori mana yang dipakainya, tetapi menurut Pardi Suparlan dalam kata pengantar terjemah bahasa Indonesia justru Greetz telah mempunyai suatu kerangka teori yang digunakan untuk menciptakan model untuk analisa, model yang digunakan OLEH Robert Redfield. Redfield melihat bahwa kota dan desa merupakan dua struktur sosial yang ebrbeda, yang masing-masing diwakili oleh warga elti kota dan warga petani di desa, tetapi keduanya mewujudkan adanya suatu hubungan saling tergantung dan melengkapi mewujudkan adanya suatu hubungan saling tergantung dan melengkapi satu sama lainnya, sehingga merupakan suatu sistem sosial sendiri. Greetz secara tersurat menggunakan teori Redfield dalam pembahasan hubungan antara priyayi danpetani dengan penekanan pada dimensi struktur yang berbeda dengan Redfield yang menekankan pada proses komunikasi terus-menerus antara kota dan desa.

Salah satu kelebihan dari buku Greetz sebagaimana diakui oleh HW. Bachtiar adalah begitu melimpahnya bahan-bahan deskriptif yang terperinci tentang sejumlah besar aspek kepercayaan dan praktek keagamaan yang telah diamati Greetz di Mojokuto; data yang mencerminkan seorang pekerja lapangan yang rajin jika diingat terbatasnya waktu yang tersedi baginya (dari bulan mei 1953 sampau bulan september 1954) untuk meneliti suatu masalah yang begitu rumit.

Namun tetap di dalamnya terdapat beberapa kelemahan yang cukup mendasar yang oleh beberapa ahli dianggap sesuatu yang cukup krusial untuk dikritisi. Kritikan dari bebrapa ahli ini akan dibicarakan pada bagian akhir tulisan ini.

Latar Belakang Greetz
Cliffor Greetz dilahirkan di San Fransisco, negara bagian California, Amerika Serikat, pada tanggal 23 Agustus 1926. Ia adalah putra dari Clifford James seorang insinyur dari Lio Brieger. Greetz pendidikan S1-nya dirampungkan di Antioch College, di negara bagian Ohio, AS pada tahun 1950. Semula ia memilih jurusan “English” dan bercita-cita untuk menjadi seorang novelis, setelah beberapa tahun di jurusan itu, ia pindah ke jurusan Filsafat. Kepindahan jurusan itu sebagiannya karena ia terpengaruh oleh kharisma seorang pengajar di jurusan filsafat, di samping juga ia kehilangan selera terhadap mata kuliah yang terbatas variasinya di jurusan “English”.

Semula tak terlintas di benak Greetz untuk memilih jurusan antropologi bagi pendidikan pascasarjananya. Mata kuliah S1-nya memang tidak ada yang berkaitan dengan ilmu antropologi, bahkan nyaris tidak ada juga mata kuliah sosiologi. Kenyataan ini mudah dimengerti karena pada saat ia menempuh S1-nya, jurusan antropologi belum ada di Antioch College.

Greetz akhirnya memilih pendidikan pascasarjananya di bidang antropologi di Harvard University, dan meraih gelar doktor pada tahun 1956. Greetz beruntung dibina oleh para pakar ilmu budaya, diantaranya adalah Clyd Kluckhohn, Talcot Parson, Harry Muray, dan Gordon Allport.

Greetz termasuk cakap berbahasa Belanda, Prancis, Jerman, Indonesia/Melayu, Jawa dan Arab (dialek Maroko), tentu saja disamping bahasa Inggris yang merupakan bahasa ibunya. Tampaknya ia punya bakat yang menonjol di bidang kebahasaan. Perkenalannya dengan bahasa Indonesia dimulai sekitar tahun 1952-an, sebagai bagian dari persiapannya untuk studi lapangan di Indonesia. Pada waktu ia tiba di Indonesia, bekal kemampuan bahasanya cukup memadai. Dengan dibantu oleh beberapa mahasiswa Universitas Gadjah Mada, kemudia belajar bahasa Jawa.

Dari perjalanan karirnya, ia menyimpulkan bahwa sentral aktivitasnya adalah justru “menulis”. Ia bahkan menilai dirinya lebih tepat disebut sebagai “penulis di bidang antropologi” ketimbang disebut sebagai antropologi. Sebagai penulis, ia tergolong cukup produktif. Sejak ia “resmi” bergelar doktor di bidang antropologi (1956) hingga sekitar tahun 1988, tercatat 46 judul publikasinya tentang culture area. Lima belas diantaranya berupa buku dan hampir setengah dari judul publikasinya mengetengahkan kasus Indonesia, termasuk Jawa dan Bali. Empat publikasinya mengenai Maroko, yang itupun masih berkaitan dengna Indonesia sebagai pembanding.

Masyarakat Jawa Clifford Geertz
Greetz mengadakan penelitiannya di sebuah kota kecil di bagian timur Jawa tengah, Mojokuto, sebuah kota samaran untuk kota pare kediri. Tidak diketahui secara jelas alasan kenapa Greetz menyebut nama samaran untuk kota tempat penelitiannya.

Sekalipun buku berjudul agama Jawa (The Religion of Java) tapi di dalamnya tidak dibahas agama di Jawa, akan tetapi justru yang dibahas adalah agama yang dimanifestasikan oleh orang-orang Jawa yang menganggap diri mereka sebagai pemeluk agama Islam yang tidak mesti identik dengan agama Islam sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad. Interpretasi ini nampaknya sesuai dengan pernyataan pendahuluan Greetz, dimana ia mengatakan bahwa ia mencoba untuk menunjukkan betapa banyaknya variasi ritual, kontras dalam kepercayaan dan konflik dalam nilai-nilai yang tersembunyi di belakang pernyataan yang sederhana bahwa lebih dari 90 persen penduduk jawa adalah muslim.

Pada bagian pendahuluan ini juga dideskripsikan secara mendetail kondisi kota Mojokuto sebagai latar belakang pembahasannya yang kemudian memunculkan tiga tipe kebudayaan atau varian keagamaan.

Penggolongan penduduk menurut pandangan mereka –menurut kepercayaan keagamaan, preferensi etnis dan ideologi politik mereka- menghasilkan tiga tipe utama kebudayaan yang mencerminkan organisasi moral kebudayaan Jawa sebagaimana dicerminkan di Mojokuto, ide umum tentang ketertiban yang berkenaan dengan tingkah laku petani, buruh, pekerja tangan, pedagang dan pegawai Jawa dalam semua arena kehidupan. Tiga tipe kebudayaan in adalah abangan, santri, dan priyayi (Greetz, 1973: 7-8)

Selanjutnya Greetz melukiskan ketiga varian agama itu secara singkat sebagai berikut :

Abangan, yang menekankan aspek-aspek animisme sinkretis Jawa secara keseluruhan dan pada umumnya diasosiasikan dengan unsur petani desa penduduk; santri, yang menekankan aspek-aspek Islam sinkretik itu dan pada umumnya diasosiasikan dengan unsur pedagang (dan juga dengan unsur-unsur tertentu kaum tani), dan priyayi yang menekankan aspek-aspek hindu dan diasosiasikan dengan unsur birokrasi… (Greetz, 1973:6)

Varian keagamaan Greetz ini memiliki karakter dan pola-pola tersendiri yang kompleks yaitu:

1. Varian Abangan
Varian abangan secara luas dan umum diasosiasikan dengan desa atau kaum tani. Tradisi agama abangan, pada intinya terdiri dari pesta ritual yang dinamakan slametan, yaitu satu kompleks kepercayaan yang luas dan rumit tentang roh-roh, dan seperangkat teori dan praktek penyembuhan, ilmu tenung dan ilmu ghaib. Meskipun ia juga mengasosiasikan varian abangan ini kepada proletariat kota, yakni kelas-kelas rendahan di daerah perkotaan. Satu ciri orang abangan adalah sikap masa bodoh terhadap ajaran dan hanya terpesona oleh perincian-perincian upacara.

Dalam varian ini slametan, atau kadang disebut juga kenduren, merupakan upacara keagamaan yang paling umum. Slametan ini terbagi kepada empat jenis: (1) yang berkisar sekitar krisis-krisis kehidupan –kelahiran, khitanan, perkawinan, dan kematian: (2) yang ada hubungannya dengan hari-hari raya Islam –maulud Nabi, Idul Fitri, Idul Adha dan sebagainya; (3) yang ada sangkutannya dengan integrasi sosial desa, bersih desa (pembersihan desar dari roh-roh jahat) dan (4) slametan sela yang diselenggarakan dalam waktu yang tidak tetap, tergantung kepada kejadian luar biasa yang dialami seseorang – keberangkatan untuk suatu perjalanan jauh, pindah tempat, ganti nama, sakit, terkena tenung dan sebagainya. Dalam slametan senantiasa ada hidangan khas (yang berbeda-beda menurut maksud slametan itu), dupa, pembacaan do’a Islam dan pidato tuan rumah yang disampaikan dalam bahasa Jawa tinggi yang sangat resmi. Faktor yang mendasari penentuan waktu slametan adalah petungan (hitungan) atau sistem numerologi orang Jawa. Sistem yang cukup berbelit-belit ini terletak konsep metafisis orang Jawa yang fundamental, : cocog (sesuai/cocok).

Tujuan diselenggarakan slametan bagi orang-orang abangan adalah untuk menjaga diri dari roh-roh halus agar tidak diganggu. Bagi orang jawa kepercayaan makhluk halus merupakan bagian dari kehidupan, bahkan dalam slametan makhluk halus itu juga ikut berkumpul dan makan bersama, namun makanan mereka adalah dupa yang disediakan dalam slametan. Bila ditelusuri banyak jenis makhluk halus yang dikenal di Jawa diantaranya adalah memedi yaitu roh yang mengganggu orang atau menakut-nakuti mereka, tetapi biasanya tidak sampai merusak, (genderuwo memedi laki-laki dan wewe memedi perempuan). Lelembut adalah roh yang dapat menyebabkan seseorang jatuh sakit, gila, kesurupan, kampir-kampiran (kemasukan roh yang berasal dari tempat tertentu), setanan (bertingkah aneh), kemomongan (kerasukan dengan sukarela untuk punya kekuatan tertentu). Tuyul (anak-anak makhlus halus) bisa menolong orang yang memilikinya untuk menjadi kaya. Selain itu juga dikenal demit (makhluk halus yang menghuni suatu tempat). Danyang (roh pelindung). Demikian makhluk-makhuk halusitu bisa ditundukkan dengan mengadakan slametan.

Selain slametan dan kepercayaan kepada makhluk halus orang abangan juga mengakui adanya pengobatan, sihir dan magi yang berpusat di sektar peranan seorang dukun (sekalipun dukun juga diakui digolongan santri dan priyayi tapi tidak sebesar di golongan abangan. Dukun memiliki beberapa macam: dukun bayi, dukun pijet, dukun prewangan (medium), dukun calak (tukang sunat), dukun wiwit (ahli upacara panen), dukun temanten (ahli upacara perkawinan), dukun petungan (ahli meramal dengan angka), dukun sihir, dukun susuk (spesialis mengobati dengan memasukkan jarum emas di bawah kulit), dukun jampi, dukun siwer (spesialis mencegah kesialan alami, seperti hujan), dukun tiban (tabih dengan kekuatan hasil dari kerusakan roh).

Varian abangan menurut pengertian orang Jawa mengacu kepada satu kategori sosial yang empiris –mereka yang tidak melibatkan diri secara aktif dalam agama Islam- sekalipun menurut Greetz sendiri ini menyesatkan karena tradisi abangan adalah identik dengan tradisi rakyat (folk tradition).

2. Varian Santri
Santri diidentifikasi dalam pelaksanaan yang cermat dan teratur ritual-ritual pokok agama Islam, seperti shalat lima kali sehari, shalat jum’at, berpuasa selam Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji, juga dimanifestasikan dalam kompleks organisasi-organisasi sosial, amal dan politik seperti Muhammadiyah, Masyumi dan Nahdhatul Ulama. Nilai-nilai bersifat antibirokratik, bebas dan egaliter. Varian santri diasosiasikan dengan pasar. Ini mengandung arti adanya analogi varian agama santri di Jawa dan semangat Protestanisme di Eropa menurut Max Weber. Analogi in seperti yang dirumuskan Greetz berikut ini:

Meskipun secara luas dan umum subvarian santri diasosiasikan dengan unsur pedagang Jawa, ia tidak terbatas kepadanya, demikian pula tidak semua pedagang merupakan penganutnya. Di desa-desa terdapat unsur santri yang kuat, yang seringkali dipimpin oleh petani-petani kaya yang telah naik haji ke Mekkah dan setelah kembali mendirikan pesantren-pesantren. Di kota, kebanyakan santri adalah pedagang dan tukang, terutama tukang jahit (Greetz, 1973:5)

Sekalipun pembahasan tentang varian santri lebih mudah dari varian abangan, ternyata Greetz juga kesulitan untuk mengidentifikasi santri dengan tepat. Para guru agama, para kyai, dan murid-murid mereka –yang merupakan santri sebenarnya- yang biasanya dianggap sebagai inti golongan santri, dikesampingkan demi kaum pedagang, yang apabila mereka santri, tergantung kepada guru-guru agama itu.

Tapi sekalipun demikian diterangkan pula pola pendidikan santri berupa pondok atau pesantren. Dalam sebuah pondok terdapat seorang guru pemimpin, umumnya seorang haji, yang disebut kyai, dan sekelompok murid yang disebut santri. Bangunan pokok, hampir semuanya terletak di luar kota, biasanya terdiri dari sebuah mesjid, rumah kyai dan sederetan asrama untuk santri. Sistem pondok in menurut Greetz berbeda dengan sistem biara yang ada dalam kristen katolik.

Di berbagai pondok juga terdapat sistem mistik rahasia yang dibumbui dengan ujian kekuatan, kekebalan kulit dan puasa yang berkepanjangan atau juga persaudaraan orang tua yang berkerumun di sekitar kyai yang ahli dalam ilmu itu dan mereka melakukan beberapa ritual pembacaan kalimat tertentu beberapa ribu kali dalam sehari. Mistik ini disebut dengan tarekat, yang di Jawa timur didominasi oleh Qadariyah dan Naqsabandiyah.

Selain pondok, sistem pendidikan varian santri juga dikenal madrasah. Madrasah seperti sekolah, memiliki tingkatan kelas, teratur jadwalnya dan menekankan isi, ini berbeda dengan pondok.

Di varian santri selain organisasi keagamaan seperti yang disebutkan di atas juga terdapat lembaga keagamaan resmi pemerintah (departemen agama) yang mengurus pelaksanaan hukum Islam mulai dari perkawinan dan perceraian, pelaksanaan haji, dakwah keagamaan dan juga masalah partai politik.

3. Varian Priyayi
Priyayi adalah kaum elit yang sah memanifestasikan satu tradisi agama yang khas yang disebut sebagai varian agama priyayi dari sistem keagamaan pada umumnya di Jawa. Priyayi tadinya hanya mengacu kepada golongan bangsawan yang turun-temurun, yang oleh Belanda dilepaskan dari ikatan mereka dengan raja-raja kerajaan yang telah ditaklukkan dan kemudian menjadi pegawai negeri yang diangkat dan digaji. Elti pegawai ini terus mempertahankan dan memelihara tata krama keraton yang sangat halus, kesenian yang sangat kompleks serta mistik Hindu-Budha.

Mereka tidak menekankan unsur animisme dalam sinkretisme Jawa secara keseluruhan sebagaimana dilakukan oleh kaum abangan, tidak pula menekankan unsur islam sebagaimana dilakukan oleh kaum santri, melainkan yang mereka tekankan adalah unsur Hinduismenya.. (Greetz, 1973:6)

Namun priyayi dibedakan dari rakyat biasa karena memiliki gelar kehormatan yang terdiri dari pelbagai tingkat menurut hirarki hak dan kewajiban. Gelar-gelar itu berfungsi sebagai identifikasi. Gelar-gelar itu diberikan secara turun-temurun, anak seorang yang bergelar berhak mendapat gelar kehormatan satu tingkat lebih rendah dari sang ayah. Diantara gelar-gelar itu untuk pria adalah : Raden, Raden Mas, Raden Panji, Raden Temenggung, Raden Ngabehi, Raden Mas Panji, dan Raden Mas Aria. Sedangkan untuk wanita adalah Raden Roro, Raden Ajeng dan Raden Ayu. Kelas priyayi merupakan kelas yagn jelas batas-batasnya.

Tradisi lain yang ada dalam varian priyayi selain mistik, dan kesadaran akan pangkat adalah perbedaan antara lahir dan batin antara alus dan kasar. Peraturan etiket, gerak, sikap dan ucapan serta kesenian harus alus disamping penguasaan diri sendiri. Diantara kesenian alus adalah wayang, gamelan, joged, tembang, dan batik. Berbeda dengan kesenian yang kasar, seperti ludrug, kledek, jaranan dan dongeng.

Secara tradisional seorang priyayi dianggap mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kesusasteraan dan filsafat priyayi yang tradisional terdiri dari tulisan-tulisan Jawa kuno dan modern serta epik-epik Hindu yang terkenal. Oleh karenanya kaum priyayi cenderung untuk mengungkapkan kepercayaan agama mereka dengan istilah-istilah Hindu.

Demikianlah tiga varian agama yang ada di Mojokuto. Tiga kelompok ini sering mengalami antagonisme. Ketegangan terbesar adalah antara kaum santri dan dua kelompok lainnya, selain juga ada ketegangan antara priyayi dan abangan. Ketegangan in terjadi dalam hal konflik ideologi. Kelompok abangan dan priyayi menuduh kelompok santri sebagai orang munafik yang sok suci, dan kelompok santri menuduh kelompok priyayi sebagai penyembah berhala. Ada juga ketegangan karena konflik kelas, ketegangan priyayi-abangan terlihat jelas dalam hubungannya dengan persoalan status. Priyayi sering menuduh orang desa tak tahu tempat yang layak dan karenanya mengganggu keseimbangan organis masyarakat. Dan ketegangan juga diakibatkan karena konflik politik. Intensifnya perjuangan kekuasaan politik merupakan pemecah ketiga yang mempertajam konflik keagamaan. Biasanya berupa konflik antar partai politik.

Namun, selain kekuatan yang memecah belah, ada juga unsur-unsur yang mempersatukan masyarakat Jawa yaitu rasa satu kebudayaan, perasaan bahwa masa sekarang merosot dilihat dari masa lalu. Selain juga adanya kekuatan nasionalisme yagn makin tumbuh yang mencoba menghimbau sentimen harga diri bangsa, solidaritas dna harapan kepada gaya hidup yang lebih “modern”.

Kritikan
Terdapat banyak kritikan pada penelitian Greetz ini, tokoh yang paling banyak memberikan kritik adalah Harsja W. Bachtiar diantara kritikannya adalah :
  1. Pengertian tentang agama. Menurut Bachtiar Greetz tidak memberikan definisi agama secara jelas. Seperti diungkapkan di atas, agama Jawa yang menjadi judul dalam buku Greetz ternyata tidak menggambarkan agama-agama yang ada di Jawa atau agama Jawa itu sendiri. Menurutnya agama Jawa tidaklah sama dengan agama Islam di Jawa. Agama Jawa pada pokoknya dimanifestasikan sebagai pemujaan kepada nenek moyang atau leluhur.
  2. Tiga varian yang disebutkan oleh Greetz ternyata tidak konsisten sebagai kategori-kategori daris astu tipe klasifikasi. Pembedaan antara abangan dan santri diadakan karena penduduk digolongkan menurut prilaku keagamaan, sedangkan istilah priyayi tidak bisa dianggap sebagai kategori yang sama. Istilah priyayi mengacu kepada kelas sosial tertentu.
  3. Batasan masing-masing varian tidak jelas, diantaranya:
    • Abangan hanyalah istilah derogatif (merendahkan derajat) yang digunakan oleh mereka yang taat menjalankan agama Islam kepada yang tidak atau kurang taat. Selain itu juga abangan diidentifikasi kepada orang-orang desa, atau petani, tetapi Greetz juga menyatakan bahwa para petani kaya di desa adalah santri setelah mereka pulang dari naik haji. Acara slametan dianggap sebagai salah satu bentuk kepercayaan abangan padahal santri dan priyayi juga melakukan hal yang sama.
    • Santri, oleh Greetz diidentifikasi sebagai kaum pedagang di perkotaan, sedangkan santri yang sebenarnya yang ada di pesantren (selain guru agama/kyai) dianggap hanya bagian kecil dari varian santri. Dan penilaian apakah seseorang itu santri tergantung kepada pengertian orang yang menilai dan dinilai tentang makna santri itu sendiri.
    • Priyayi, tradisi keagamaannya menurut Greetz adalah Hindu, padalah terdapat berbagai macam kepercayaan agama dan bukan hanya satu tradisi agama yang merupakan varian dari sistem agama orang Jawa. Ada priyayi yang aktif melibatkan diri dalam agama Islam, mereka adalah priyayi-santri. Ada priyayi yang tidak menghiraukan soal agama, mereka disebut priyayi-abangan. Jadi menurut Bachtiar, kepercayaan-kepercayaan agama, nilai-nilai dan norma-norma priyayi pada dasarnya tidak berbeda dengan yang ada di kalangan bukan priyayi, hanya priyayi lebih mampu mengungkapkan kepercayaan dan nilai-nilai mereka secara lebih nyata dan lebih sophisticated.


Sumber : http://ikadabandung.blogspot.com/2005/03/abangan-santri-priyayiclifford-greetz.html


Thursday, February 16, 2012

Dunia Sophie : Sebuah Novel Filsafat

February 16, 2012 2
Biasanya saya hanya membutuhkan waktu 2-4 hari untuk menamatkan sebuah buku, namun waktu tersebut tidak berlaku untuk buku istimewa yang satu ini, saya membutuhkan waktu 2 minggu lebih untuk melumat habis isi dari buku ini. Selain dikarenakan jumlah halaman buku yang tidak biasa yaitu 785 halaman, isi dari buku ini juga ikut mempengaruhi akselerasi membaca saya, karena isinya yang sangat istimewa, dalam buku ini kita akan diajari ilmu filsafat yang dibingkai dengan cerita fiksi, jadi sayang kalau buru-buru membacanya. J
Dunia Sophie karya dari Jostein Gaarder seorang novelis berkebangsaan Norwegia merupakan novel best-seller internasional, dan novel ini sendiri telah diterjemahkan ke dalam lima puluh tiga bahasa di dunia termasuk Indonesia. Wow amazing….
Awal mula pertemuan saya dengan buku ini adalah ketika saya sedang liqo’ beberapa bulan yang lalu, ketika itu murabbi saya merekomendasikan buku ini kepada saya jika ingin memahami tentang ilmu filsafat, karena saya menganggap ilmu filsafat itu sedikit rumit ketika itu.
Seperti yang telah tertulis di sampul bukunya, Dunia Sophie adalah novel filsafat. Di dalamnya diceritakan sejarah filsafat secara singkat mulai dari para filosof alam, Socrates, Plato, Aristoteles, filosof abad pertengahan hingga filosof masa kini.
Dalam buku ini, Jostein Gaarder menyajikan pelajaran filsafat dengan cara yang sangat unik. Seperti menganalogikan lego sebagai pemainan tercerdas yang pernah ada, topi pesulap yang dapat mengeluarkan kelinci, seekor kutu yang berada jauh tertutupi rambut, dan lain-lainnya dengan ilmu-ilmu filsafat yang populer di dunia. Terlebih lagi bahasa yang digunakan untuk ukuran ‘buku filsafat’ tergolong sederhana, mudah untuk dicerna sehingga pembaca akan lebih merasa seperti sedang membaca novel ketimbang sedang belajar filsafat. Oleh karena itu, bagi orang-orang yang ingin memahami filsafat itu sediri dengan cara yang mudah, maka buku ini adalah rekomendasi terbaik saya bagi anda.
Ringkasan Cerita
Sophie Amundsen adalah seorang gadis cilik yang berumur 14 tahun, dia hidup bersama ibunya dan hewan-hewan peliharaanya, sementara ayahnya yang seorang kapten kapal tanker minyak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berlayar, sehingga tidak dapat menemaninya di rumah.
Awalnya, kehidupan Sophie terbilang wajar seperti kebanyakan anak seumurannya yang pada umumnya lebih senang bermain. Kehidupan Sophie mendadak berubah semenjak ia mendapatkan sebuah surat misterius dari orang yang mengaku namanya sebagai Alberto Knox. Surat pertama yang diterima Sophie bertuliskan “Siapakah Kamu? ”. Setelah menerima surat pertama tersebut, secara berkala Sophie kembali memperoleh surat dari orang misterius tersebut, surat tersebut berisikan pendidikan filsafat dengan cara yang unik sehingga seiring dengan bertambahnya pelajaran filsafat yang diperoleh, Sophie pun semakin penasaran dengan guru filsafatnya.
Dalam cerita ini akhirnya Sophie mengerti kenapa ada seorang misterius yang mau berbaik hati mengajarkan filsafat kepadanya. Ternyata alasan Sophie harus belajar filsafat adalah karena Albert Knox yang merupakan seorang mayor jenderal PBB yang ditempatkan di Libanon itu ingin agar Sophie mengenal anak perempuannya yang bernama Hilde dan kemudian mengajari anaknya tersebut ilmu filsafat.

Wednesday, January 25, 2012

Menjadi Murabbi Itu Mudah : Tips-tips Dasyat Untuk Menjadi Seorang Murabbi

January 25, 2012 0
Aga Sekamdo pernah mengkomparasikan pertumbuhan kader Ikhwanul Muslimin di Mesir dan Partai Keadilan di Indonesia. Keduanya memiliki sistem kaderisasi yang serupa yaitu halaqah. Pada tahun 1954 (sekitar dua dasawarsa efektif kaderisasi) anggota Ikhwanul Muslimin telah mencapai 3 juta kader. Sedangkan pertumbuhan PK (kini PKS) sendiri jauh dibawah itu. Lalu ia menyimpulkan bahwa ada masalah dengan kaderisasi harakah di Indonesia ini.
Salah satu yang menjadi permasalahan serius kaderisasi dengan sistem halaqah adalah murabbi. Jika sebuah harakah hendak mencapai pertumbuhan kader yang tinggi dengan sistem ini, maka ia harus menyediakan murabbi dengan jumlah yang signifikan. Rekrutmen yang massif tidak akan berarti banyak jika setelahnya tidak di follow-up dengan halaqah karena kuranggnya murabbi. Tapi inilah permasalahan yang menggejala hingga saat kini.
Usia tarbiyah yang lama bukan jaminan bahwa seorang kader siap menjadi murabbi. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa masih banyak kader lama yang tidak kunjung siap untuk menjadi murabbi. Ada pula yang terpaksa dalam ketidaksiapan. Jika kemudian ia belajar tentu akan menjadi lain ceritanya. Namun keterpaksaan itu sering berujung pada “pembubaran halaqah”.
Buku “Menjadi Murabbi Itu Mudah” yang ditulis oleh Muhammad Rosyidi berusaha menyajikan solusi untuk menjawab permasalahan diatas. Judulnya yang menarik, mengajak kita optimis bahwa menjadi murabbi itu tidak sesulit yang dibayangkan. Dengan persepsi awal yang mencerahkan ini, diharapkan kader dakwah siap untuk diamanahi menjadi murabbi, siap memulai halaqah, dan sambil berjalan diharapkan untuk terus meningkatkan kafaah-nya sebagai murabbi agar halaqahnya berjalan efektif.
Mengapa Tidak Menjadi Murabbi?
Ada enam alasan mengapa kader dakwah ragu untuk menjadi murabbi yang direkam dalam buku ini. Alasan-alasan itu adalah merasa belum siap, merasa belum pantas, merasa tidak cocok, belum mendapatkan kelompok binaan, sibuk atau trauma pengalaman.
Alasan yang pertama bisa dijawab dengan langsung menjadi murabbi tanpa membayangkan hal yang belum terjadi. Action! Untuk ketidaksiapan teknis ketika mengisi halaqah, Muhammad Rosyidi memberikan tips : cermati murabbi mengisi halaqah dari awal sampai akhir, jiplak saja. Selebihnya konsultasikan ke murobbi.
Alasan kedua, merasa tidak pantas, harus segera diatasi. Pertama, pahamkan diri bahwa seorang yang berdakwah tidak harus menunggu sempurna. Sambil terus memperbaiki diri. Para sahabat Nabi langsung mendakwahkan apa yang mereka terima dari Rasulullah tanpa menunggu turunnya semua surat turun lengkap. Kedua, buat target kapan pantas jadi murabbi. Kekurangan yang telah disadari harus dibenahi dalam tenggang waktu tertentu. Jika tidak ada waktu yang bisa dijadikan batasan sampai pantas, barangkali alasan yang sebenarnya adalah ketidakmauan atas nama ketidakpantasan.
Merasa tidak cocok biasanya menimpa kader yang nervous bicara didepan orang banyak, atau kurang menguasai materi. Banyak juga keraguan ini menimpa mereka yang pernah gagal menjadi murabbi. Saran dalam buku ini adalah dengan memberanikan diri menjadi murabbi. Jangan pernah merasa tidak cocok kalau hanya pernah gagal satu atau dua kali. Sambil terus meng-upgrade diri sebagai langkah antisipasi.
Alasan keempat bisa dijawab secara personal, kelompok tarbawi, atau struktur. Secara personal berarti meningkatkan kemampuan rekrutmen, berupaya melakukan dakwah fardiyah. Secara kelompok, ini bisa disikapi dengan menggelar rekrutmen yang difasilitasi murabbi. Tentu adanya peran struktur menjadi solusi yang lebih baik. Misalnya dengan adanya bursa murabbi dan mutarabbi disamping secara berkala menggelar acara-acara rekrutmen.
Untuk alasan sibuk, justru murabbi adalah tugas biasa yang dijalankan dengan baik oleh mereka yang terbiasa sibuk. Kesulitan waktu bisa diatasi dengan mengkomunikasikan kepada struktur sehingga murabbi yang bisa disatu waktu dipertemukan dengan mutarabbi yang bisanya juga diwaktu itu.
Sedangkan trauma pengalaman biasanya dialami oleh mereka yang pernah “ditinggalkan” oleh mutarabbi. Bisa jadi karena sikapnya yang berbeda dalam masalah khilafiyah. Seharusnya kegagalan tidak menjadikan kader trauma untuk memegang halaqah lagi. Justru dengan banyakknya pengalaman ia akan menjadi expert. Maka solusinya adalah just do it!
Karena Menjadi Murabbi Itu Luar Biasa
Motivasi itu penting. Dan motivasi berangkat dari pemahaman yang benar. Menjadi murabbi itu luar biasa. Banyak keutamaannya. Kesiapan kader untuk menjadi murabbi akan semakin kokoh jika ia memiliki motivasi tinggi disamping keberhasilannya menepis keraguan-keraguan diatas.
Pada bab 3 dan 5 buku ini, Muhammad Rosyidi menhuraikan bahan motivasi itu. Bahwa kita perlu memahami status murabbi dan untungnya menjadi murabbi. Keduanya bahkan diletakkan sebelum alasan tidak menjadi murabbi pada bab 6.
Setidaknya, ada beberapa hal yang dijelaskan dalam buku ini terkait status murabbi. Pertama, murabbi itu menyambung mata rantai dakwah. Tanpa murabbi dakwah akan terputus. Dan jangan sampai kita menjadi pemutus rantai itu. Kedua, menjadi murabbi berarti berkontribusi bagi dakwah. Kontribusi yang teramat besar nilainya bagi seorang kader dakwah. Kontribusi special. Apapun amanah kader di dalam struktur atau wajihah, menjadi murabbi adalah amanah utama yang tidak boleh dikesampingkan. Ketiga, tidak ada out sourcing dalam menjadi murabbi. Jadi seorang ikhwah tidak boleh berpikir; saya merekrut saja, biar orang lain yang membina. Saya distruktur saja, atau mengisi taklim, biar saya wakilkan halaqah kepada ikhwah yang lain.
Sedangkan untungnya menjadi murabbi diuraikan dalam bab 5 sebagai berikut; memperoleh pahala sebagai dai, mendapatkan multi level pahala, menjadi lebih memahami tarbiyah, termotivasi untuk terus meningkatkan amal, menjadi sarana pendewasaan diri, dan aplikasi taawun.
Segera Menjadi Murabbi, Siapkan Mental, Pilih Gaya Sendiri!
Cara terbaik menjadi murabbi adalah memulainya. Maka motivasi yang telah ada harus segera menemukan kerannya. Bisa jadi halaqah itu murni baru, bisa jadi ia lanjutan dari taklim rutin yang dikhaskan, atau yang lainnya. Sambil jalan murabbi baru perlu mensetting mentalnya. Bahwa murabbi itu pantang menyerah, bersikap tenang, dan bijak menyikapi realitas binaan. Tidak menyerah meski hujan datang, tidak menyerah meski lelah. Bijak menyikapi realitas binaan yang berbeda latar belakang maupun sangat tidak ideal dalam Islam. Murabbi perlu bijak, karena mereka masih baru.
Dalam menyampaikan materi, kita bisa memilih gaya kita sendiri. Bisa gaya tekstual dengan cara membacakan materi halaqah. Bisa gaya multimedia dengan membawa laptop dan menyajikan materi dalam bentuk powerpoint. Bisa gaya mengkaji kitab, dengan membaca kitab lalu menguraikan sendiri penjelasannya. Atau gaya paparan dengan cukup menuliskan rasmul bayan lalu menjelaskannya.
Masih banyak tips-tips berikutnya dalam mengelola halaqah dalam buku ini. Membaca buku ini, insya Allah menjadi pencerahan dan penyemangat bagi calon murabbi bahwa “Menjadi Murabbi Itu Mudah”. Meski demikian, buku ini juga perludibaca para murabbi sebagai upaya in’asy, pengembangan, peningkatan, dan up-grade kualitas. Wallahu a’alam bish shawab.

Monday, December 26, 2011

Hafalan Shalat Delisa : Sepenggal Kisah Dasyatnya Tsunami Aceh

December 26, 2011 0
Pada 26 Desember 2004, tsunami melanda sebagian Aceh dan beberapa wilayah lain di dunia. Kini, hampir tujuh tahun sesudah peristiwa itu, dirilis film Hafalan Shalat Delisa, yang mengangkat secuplik kisah mereka yang selamat dari gelombang dahsyat tersebut.
Film yang mengangkat cerita dari novel berjudul sama karya Tere Liye dan disutradarai oleh Sony Gaokasak tersebut tak hanya mengetengahkan sisi tragedinya, tapi juga menyampaikan nilai Islami dan budaya Aceh. Tokoh utamanya Delisa (yang dimainkan oleh Chantiq Schagerl), seorang gadis tujuh tahun yang tinggal di Lhok Nga, Aceh, bersama ketiga kakaknya, Fatimah (Ghina Salsabila), Aisyah (Reska Tania Apriadi), dan Zahra (Riska Tania Apria). Kepada Delisa ditanamkan nilai agama oleh ibunya, Ummi (Nirina Zubir), dan ayahnya, Abi Usman (Reza Rahardian).
Delisa sedang belajar keras hafalan shalat dan mencari arti shalat  dengan khusyu’ . Saat menjalani ujian sholat, tiba-tiba gempa bumi dan disusul tsunami besar  menghancurkan Lohk Nga Aceh. Delisa yang sedang khusyu’ dengan hafalan shalatnya tidak mengetahui peristiwa tersebut. Saat tersadar, Delisa harus menerima takdir kehilangan satu kakinya.
Bagaimana perjuangan Delisa? Akankah ia berkumpul lagi dengan saudara-saudaranya? Film yang juga dimainkan oleh Mike Lewis, Al Fathir Muchtar, dan Joe P Project ini akan mulai diputar serentak di gedung-gedung bioskop Tanah Air pada 22 Desember 2011 yang lalu.

Monday, November 21, 2011

Bumi Cinta (Habiburrahman El-Shirazy)

November 21, 2011 2
Sebenarnya novel ini sudah pernah saya baca sebelumnya yaitu satu tahun yang lalu, dan tiga hari yang lalu saya kembali dipertemukan dengan novel ini, bedanya satu tahun lalu belum ada label di novel tersebut, dan sekarang sudah ada label Top-Mega Bestseller di covernya (Amazing!!!). Karena saya salah satu pengagum karya-karya dari Kang Abik akhirnya saya tertarik untuk membaca lagi novel ini, karena pas pada saat itu saya baru saja menyelesaikan ujian tengah semester (UTS) jadi sambilan refreshing. Dan Alhamdulillah kurang dari tiga hari saya sanggup melumat habis isi dari novel yang satu ini. Dan setelah itu langsung saya share kesini deh... :)
Novel Bumi Cinta adikarya novelis No. 1 Indonesia yang juga pernah menerima penghargaan Sastra Nusantara tingkat Asia Tenggaran yaitu Habiburrahman El-Shirazy ini mengisahkan tentang kisah seorang pemuda Indonesia bernama Muhammad Ayyas yang harus bertempur dengan godaan iman, karena dia harus hidup di Rusia negeri yang menjunjung tinggi seks bebas dan pornografi, negrinya kaum homo, dan juga negri yang terkenal dengan pengakses video porno tertinggi di dunia. Ayyas merupakan seorang mahasiswa pasca sarjana di Delhi, India yang notabennya juga seorang santri. Muhammad Ayyas yang sebelumnya kuliah di Madinah ini berniat datang ke Rusia hanya ingin mengerjakan tugas penelitian sebagai tesisnya dari Dosen pembimbingnya yaitu mengenai Kehidupan Umat Islam di Rusia pada masa pemerintahan Stallin.
Dan tibalah ia di Rusia dengan disambut oleh teman lamanya yang bernama Devid. Devid inilah yang mencarikan apartemen tempat tinggal untuk Ayyas. Dengan alasan keterbatasan waktu untuk mencari apartemen Devid hanya bisa mendapatkan sebuah apartemen yang cukup strategis namun harus berbagi dengan orang lain. Parahnya teman seapartemennya itu adalah dua orang wanita Rusia yang cantik jelita yaitu Yelena dan Linor. Inilah awal dari cobaan keimanan bagi Muhammad Ayyas.
Yelena adalah seorang pelacur cantik kelas atas yang lagganannya adalah pejabat tinggi negara yang berkunjung ke Rusia dan dia meupakan perempuan yang Atheis, dan Linor adalah seorang pemain biola yang berparas cantik, akhirnya diketahui sebagai agen rahasia Mossad yang sangat membenci Islam. Adalah 2 wanita cantik dan sexy ini yang menjadi teman seapartemen Ayyas. Apartemen yang memiliki 3 kamar ini mengharuskan Ayyas harus selalu berinteraksi dengan keduanya di ruang tamu, dapur, dan ruang keluarga. Sungguh ini merupakan godaan keimanan yang dahsyat bagi Ayyas yang mencoba menjaga kesucian dirinya sebagai muslim.
Godaan bagi Ayyas tidak hanya sampai di situ, dosen pembimbing yang dirujuk sebagai pembimbingnya yaitu Profesor Abraham Tomskii tidak bisa melakukan bimbingan ke Ayyas karena mendadak harus keluar negri untuk waktu yang lama, professor tersebut menyerahkan tugas bimbingan ini kepada asistennya. Dan ternyata sang asisten adalah seorang doctor muda pintar nan jelita yang bernama Anastasia Palazzo, seorang penganut kristen ortodoks yang sangat taat.
Awalnya sikap Anastasia terhadap Ayyas biasa-biasa saja, namun seiring dengan berjalannya waktu interaksi yang intens sang asisten dengan Ayyas menimbulkan rasa simpati yang lebih di hatinya, dia terkagum-kagum dengan sosok Muhammad Ayyas yang sangat cerdas dan religius itu, dan ketertarikan itu pun kian hari kian menguat. Di lain pihak Yelena tengah dilanda konflik dengan sang mucikari dan Linor sang agen Mossad tengah menyiapkan rencana jahat kepada Ayyas, yaitu menyiapkan sebuah rekayasa fitnah, sebuah pengeboman terencana yang diarahkan kepada Ayyas sebagai pelakunya.
Tiga wanita inilah yang menjadi cobaan bagi keimanan Muhammad Ayyas ketika hidup di Rusia selama 3-5 bulan, dan waktu tersebut bukanlah singkat, apakah dia kan sanggup menahan godaan gadis-gadis Rusia yang terkenal cantik dan sexy itu???
Novel Bumi Cinta ini sarat dengan muatan dakwah yang dibalut dengan romansa cinta dilengkapi dengan beberapa cerita sejarah yang disisipkan guna menambah pengetahuaan kita tentang sejarah, juga dilengkapi dengan peristiwa pembantaian Zionis terhadap muslim Palestina di Sabra dan Sathila. Nuansa romansa memang terasa sangat kental di sini. Tiap halaman akan kita jumpai gejolak perasaan Ayyas atas wanita-wanita jelita yang dijumpainya.

Wednesday, November 16, 2011

Ketika Tuhan Jatuh Cinta (Wahyu Sujani)

November 16, 2011 21
Jujur, ketika pertama kali membaca judul novel ini saya agak merasa risih, masak tuhan jatuh cinta????? Namun saya mencoba membuka lembar demi lembar dari novel ini, dan ternyata saya menjadi menikmati novel yang satu ini, dan berniat untuk segera melanjutkan membaca seri ke-2 nya.
Novel Ketika Tuhan Jatuh Cinta merupakan Dwilogi novel religius Keshalihan hati dan kekuatan hidup, dan ini merupakan buku yang pertama sebuah karya dari penulis muda berbakat yang berasal dari Bandung yaitu Wahyu Sujani.
Novel ini mengisahkan kehidupan seorang mahasiswa sederhana yang bernama Fikri yang mempunyai keahlian dalam membuat aneka kerajinan pasir, lantas dia mendayagunakan keahliaanya tersebut sebagai ladang pencariaanya demi membiayai kuliahnya dan sekolah adik satu-satunya, meskipun dia memiliki orang tua, karena dia ingin berbakti kepada orang tuanya dengan meringankan beban kedua orang tuanya yang hanya merupakan pedagang gorengan.
Berbagai kisah dan ujian hidup dia jalani dengan kesederhanaannya dan sikapnya yang suka tolong-menolong terhadap sesama manusia tanpa memandang suku, ras dan agama. Terutama kisah cintanya yang menggetirkan membuat dirinya tegar dalam menghadapi segala persoalan hidup. Bahkan karena kesahajaannya, dia mampu menaklukkan hati setiap perempuan yang sudah mengenal pribadinya.
Ketika barang dagangannya sedang banyak diminati dan laku keras, Fikri menghadapi keadaan yang mengharukan, yaitu kedua orang tuanya meninggal karena kehidupan, lantas karena kejadian tersebut adik kesayangannya lari dari rumah. Cobaan hidup tidak hanya berhenti disitu saja, selain berusaha mencari keberadaan adiknya yang menghilang Fikri juga harus membantu temannya Lidya untuk menemukan lelaki bejat yang telah menghamilinya, dan tak lain lelaki bejat tersebut adalah sahabat dekatnya yaitu Irul.
Fikri dihadapkan dengan masalah yang bertubi-tubi manakah yang harus didahulukan? Melanjutkan berdagang? Menemukan adiknya yang menghilang? Membantu temannya? Ataukah mengurusi urusan cintanya? 
Unsur-unsur religius, dramatis, romantis, dan juga menggelitik, itu semua ada didalam novel ini, sehingga novel ini menjadi menarik untuk dibaca, terlebih sangat cocok dibaca bagi yang lagi kasmaran :) , karena di novel ini terdapat puisi yang terselip diantara beberapa bab yang menjadikan novel ini sangat menyentuh dan menggugah akan betapa indahnya Cinta. Puisi-puisi yang ada di dalamnya adalah ungkapan hati seorang pecinta sejati. Pada Rabb-nya, dan pada seorang hawa yang dicintai atas nama-Nya

Saturday, September 10, 2011

Megamind : Penjahat Kejam Yang Berubah Menjadi Pahlawan Super

September 10, 2011 0
Genre                          : Action & Adventure, Animation, Comedy, Kids & Family
Pengisi Suara               : Will Ferrel, Brad Pitt, Tina Fey, Jonah Hill
Tanggal Keluar            : 5 November 2010
Sutradara                     : Tom McGrath
Studio                         : Paramount Pictures
Durasi                         : 96 minutes

Film ini menceritakan tentang seorang penjahat yang kejam, cerdas dan sedikit tolol beralih profesi menjadi pahlawan super yang baik hati. Lho, koq bisa???
Kehidupan Megamind (Will Ferrell) dan Metro Man (Brad Pitt), bagaikan yin dan yang, mereka hidup dalam persaingan yang telah terjalin sejak mereka masih bayi. Berasal dari dua planet yang berada di ambang penghabisan, orang tua Metro Man dan Megamind mengirim mereka pergi ke polong ruang. Berdasarkan takdir, mereka berakhir di sebuah rumah tangga yang jelas sangatlah berbeda. Metro Man kebetulan mendarat di sebuah rumah mewah dan dibesarkan oleh orang tua kaya raya yang sangat menyayanginya, sedangkan Megamind mendarat di penjara Kota Metro, di mana ia dibesarkan oleh narapidana dengan balutan kejahatan.
Pada masa kanak-kanak Metro Man selalu mendapat perhatian lebih karena kemampuannya yang bisa membuat orang senang dengan aksinya itu, sedangkang malang bagi Megamind yang mencoba menarik perhatian orang dengan berbagai eksperimennnya itu malah membuat dia menjadi diasingkan oleh teman dan gurunya. Bosan karena merasa tidak bisa menjadi orang yang baik, akhirnya dia memutuskan untuk menjadi orang yang sangat jahat, kejahatannya pun dimulai dengan mengacau di sekolah dan penjara, dia pun mengikrarkan permusuhan dengan Metro Man.
Dan pada suatu hari dengan rencana yang matang, akhirnya Megamind pun berhasil menghabisi Metro Man dan kini warga Metro City tidak lagi punya superhero yang akan melindungi mereka. Kemenangan ini awalnya menyebabkan kebahagiaan besar dan kebanggaan dalam dirinya, seiring ia terjerumus dalam keserakahan (mencuri uang dari bank dan lukisan Monalisa dari Louvre), perilaku sembrono (menghancurkan bangunan kota dan kendaraan), dan sifat menyombongkan diri yang berlebihan.
Namun kegembiraan awal dengan cepat mereda seiring Megamind menjadi bosan, ia merasa kehilangan arah hidup setelah kepergian Metro Man. Ya, ia menjadi penjahat yang kesepian, karena setelah dia mampu mengalahkan Metro Man, tiada lagi orang yang bisa menghentikannya. Dia beranggapan bahwa apalah artinya penjahat tanpa pahlawan, dan dengan sigap iapun memutuskan untuk menciptakan seorang superhero baru untuk berperang melawan dirinya, dia menciptakan Titan yang disuarakan oleh (Jonah Hill).
Sebenarnya, setelah kepergian Metro Man, sedikit demi sedikit Megamind mengalami perubahan dalam hidupnya, dia mulai berubah menjadi baik hati, hal itu terjadi karena dia jatuh cinta kepada seorang reporter cantik yang bernama Roxanne Ritchie (Tina Fey), Megamind melakukan beberapa hal yang tidak lumrah sebagai orang penjahat seperti membersihkan jalan-jalan dikota dan taman.
Dan bencana terburuk pun terjadi karena ulahnya sendiri. Titan pahlawan yang diciptakan dan juga dilatih olehnya malah menjadi penjahat yang bahkan lebih kejam darinya. Sekarang Megamind malah menjadi bingung, sekarang siapa yang seharusnya jadi penjahat ketika dia berniat menciptakan sosok pahlawan malah yang ia buat justru penjahat yang lebih parah darinya. Sekarang peran pun jadi terbalik, akhirnya diapun mengambil langkah untuk menjadi pahlawan yang akan menyelamatkan kota Metro dari kejahatan Titan. Mampukah dia???
Film animasi ini berhasil merajai box office untuk  beberapa saat, dengan efek 3D yang cukup berkualitas dan alur cerita yang tidak standar, sepertinya memang layak film ini merajai box office. Joke-Joke yang dilontarkan juga mampu membuat penonton terpingkal-pingkal. Film dengan nilai moral yang sangat tinggi, patut ditonton bersama sama keluarga tercinta :)
Sebuah pesan positif yang cukup inspiratif disampaikan, bahwa menjadi orang baik atau orang jahat bukanlah sebuat takdir, tidak ada manusia yang terlahir untuk menjadi orang jahat, tapi menjadi orang jahat adalah sebuah pilihan hidup yang salah yang dipilih oleh si pelaku kehidupan.
Film ini membahas sejumlah tema moral klasik seperti kekuatan cinta dalam perubahan positif yang menginspirasi, dan menjadi cukup berani untuk mengatasi lingkungan sekitar dalam mengejar impian Anda. Bukan sekedar hiburan anak-anak, secara menyeluruh film animasi Megamind adalah menyenangkan, menghibur, dan mengejutkan. Film ini menggabungkan, pelajaran hidup, dan gelak tawa! Benar-benar salah satu film terbaik tahun ini, baik untuk dewasa maupun anak-anak.

Tuesday, July 26, 2011

Ranah 3 Warna (Ahmad Fuadi)

July 26, 2011 0
Judul         : Ranah 3 Warna
Penerbit    : Gramedia Pustaka Utama
Penulis      : Ahmad Fuadi
Tebal        : xiii + 473 Halaman
Kategori    : Novel Islami
Ranah 3 Warna adalah sekuel dari trilogi Negeri 5 Menara yang ditulis Ahmad Fuadi. Buku ini mengisahkan tentang perjalanan hidup Alif di tiga ranah, Bandung, Amman, dan Saint Raymond. Cerita di buku ini terinspirasi oleh kisah nyata penulis. Buku ini berkisah tentang seorang Alif yang berusaha keras dan sungguh-sungguh menjalani kehidupannya, meraih cita-citanya. Berbagai hikmah yang sangat bermanfaat dapat kita petik dari novel setebal 470an halaman ini.
Alif yang baru saja lulus dari Pondok Madani bertekad untuk masuk perguruan tinggi negeri, menyusul Randai yang sudah lebih dulu masuk ITB. Persaingan sejak kecil dengan Randai membuatnya gigih untuk belajar dan lolos tes UMPTN.
Disaat Alif mengutarakan impiannya untuk kuliah di PTN orang-orang disekitarnya malah menganggap remeh impiannya tersebut, orang-orang menganggap impian Alif tersebut adalah hal yang mustahil, karena melihat kondisi Alif sebagai lulusan pondok pesantren, tapi itu tak membuat Alif patah arang. Malah ia menjadi tertantang untuk membuktikan bahwa lulusan pesantren yang tidak mempunyai ijazah pun bisa masuk universitas negeri. Ia akan buktikan ke semua orang bahwa segala tantangan berat akan bisa dihadapi dengan sungguh-sungguh dan usaha keras. Man jadda wajada.
Awalnya Alif ingin mewujudkan impiannya untuk kuliah di jurusan Teknik Penerbangan ITB, namun Alif menyadari bahwa waktu yang tersedia saat itu tidaklah cukup untuk mengejar ketertinggalannya untuk menebus impiannya tersebut, walaupun begitu Alif tetap serius untuk ikut UMPTN. Ia memutuskan untuk memupuskan mimpinya tersebut, akhirnya Alif menjatuhkan pilihanya pada satu jurusan yang namanya terdengar keren yaitu jurusan Hubungan Internasional. Menurutnya, pilihannya ini akan membawanya terbang jauh ke Amerika, negara yang sangat ingin dijajakinya.
Di dunia perkuliahan Alif menemukan teman baru yaitu Wira, Agam, dan Memet, mereka menjadi teman baik Alif untuk menutupi rasa rindu Alif terhadap Sahibul Menara yang telah berpisah dengannya sejak lulus dari pondok madani untuk mengejar cita-cita masing-masing. Disini dia juga bertemu dengan Bang Togar Parangin-angin yang menjadi sosok inspiratif baginya dalam menggeluti dunia menulis.
Baru beberapa bulan menjalani kuliahnya, Alif sudah keteteran mengejar ketertinggalan. Tidak hanya nilai yang menuai hasil buruk, ia juga bertekad menghidupi sendiri uang kuliahnya setelah Ayahnya meninggal. Alif sudah tak tahan lagi dengan cobaan yang terus menimpanya. Pada fase inilah dia merasa bahwa kalimat Man jadda wajada saja tidak cukup ampuh. Dia butuh mantra lain yang lebih ampuh, yakni Man Shabara Zhafira, siapa yang bersabar akan beruntung. Ternyata keberhasilan, kesuksesan, atau apapun yang bermakna pencapaian itu tidak hanya cukup dengan bersungguh-sungguh, tapi juga harus diiringi konsep sabar.
Di pertengahan novel, Alif mengejar mimpinya untuk bisa menjejakan kaki di benua Amerika. Ketika teman-temannya menertawakan mimpinya, Alif tidak gentar. Ia terus berjuang hingga akhirnya memperoleh suatu peluang melalui suatu program pertukaran pelajar. Alif yang tidak pandai seni harus memutar otaknya demi memenangkan kompetisi. Baginya, bukan hanya seni yang harus dipamerkan di negeri orang, tapi intelegensi juga seharusnya berperan. Ia berjuang menarik perhatian para juri untuk mempertimbangkannya untuk bisa lolos dari ujian ini.
Pada novel ini juga kita Alif merasakan romansa kehidupan anak muda yaitu cinta, Alif jatuh hati pada sesosok wanita yang bernama Raisa, namun dalam hal ini lagi-lagi dia harus bersaing dengan Randai.
Novel ini sungguh menyajikan "angin segar" diantara novel lainnya yang sudah mendahuluinya. Tidak hanya sekedar fiksi belaka, namun tuangan pengalaman hidup, ketepatan penggambaran suasana, serta kekayaan batin penulisnya, membuat isi novel ini seperti hidup. Kita benar-benar seperti diajak menjelajah ke benua Amerika, ikut menyelami budaya penduduk Quebec, daerah kecil tempat Alif ditempatkan selama kurang lebih enam bulan, dengan segudang cerita interaksi Alif dengan penduduk sekitar.
Kemudian ada beberapa bagian yang cukup berhasil mengucurkan air mata karena memang mengharukan. Beda dengan saat saya membaca Negeri 5 Menara, tak ada air mata yang harus keluar meskipun rasa haru juga ada.
Buku ini juga menggambarkan bagaimana kondisi mahasiswa yang merantau, bagaimana besarnya tantangan untuk dapat menjadi seorang penulis, sekaligus bagaimana menjadi seseorang yang dapat membanggakan keluarga. Sebuah karya yang ringan namun padat hikmah, semuanya terangkum dalam kisah hidup Alif di Bandung, Amman, dan Amerika.. Ranah 3 Warna.
Namun dengan semua kelebihan dan kekurangannya, novel ini sungguh layak dan disarankan untuk dibaca oleh setiap orang yang merasa "kerdil" akan impian, merasa nyaris putus asa, dan wajib juga dibaca oleh setiap orang yang sedang berlari dan tidak berhenti berlari mengejar mimpi-mimpinya