Berkaca
dari berbagai proses pemilihan langsung, pemilihan dengan sistem e-voting
cenderung lebih hemat dibandingkan dengan Pemilu yang konvensional. Kendati
demikian, e-voting juga diyakini tidak akan mengurangi arti demokrasi itu
sendiri.
Hal
tersebut diungkapkan oleh Prof. Zudan Arif Fakrulloh, Kabag Penyusunan
Peraturan Perundang-Undangan Biro Hukum Depdagri yang tampil sebagai pembicara
dalam Seminar Kajian Teknis Dan Legalitas Tata Cara Pemilihan Kepala Daerah Dan
Wakil Kepala Daerah Dengan Menggunakan Sistem Teknologi Informasi (E-Voting),
di Aula Jimbarwana, Kantor Bupati Jembrana, Kamis (22/10).
Menurut
Zudan biaya Pemilu dengan e-voting hanya 1/20 saja dari Pemilu konvensional
sehingga dirinya mendorong penuh agar Jembrana mampu menjadi pilot project
untuk melaksanakan e-voting dalam Pilkada.
“Kalau
contohnya sudah banyak, perubahan UU tinggal menunggu waktu saja,” tandasnya.
Sementara, Dr. Andi M Asrun, Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia
membeberkan hitung-hitungan KPU Pusat, kalau Pemilu masih konvensional akan
dibutuhkan dana 18-27 triliun sedangkan kalau dengan e-voting KPU hanya butuh 2
triliun.
Sementara
Bupati Jembrana, I Gede Winasa yang juga tampil sebagai pembicara dalam seminar
tersebut mengatakan jika saja Pilkada Jembrana tahun 2010 bisa menggunakan
e-voting, pihaknya hanya memerlukan biaya tidak lebih dari Rp. 4 miliar saja.
Menurutnya,
biaya tersebut didapatnya dari hitung-hitungan kalau di Jembrana hanya
diperlukan 254 TPS dengan asumsi 1 TPS mampu menampung 800 orang.
“Kalau
untuk Pilkada, hitung-hitungan saya akan membutuhkan waktu rata-rata tujuh jam
saja dengan biaya satu TPS hanya 15 jutaan. Saya prediksi Pilkada di Jembrana
hanya membutuhkan 254 TPS sehingga total biaya hanya mencapai sekitar empat
miliar sudah termasuk pembelian perangkat. Namun kalau untuk operasional saja
hanya perlu 500 juta,” terangnya.
Sedangkan
berdasarkan pengalamannya menggelar e-voting dalam pemilihan kepala dusun,
Winasa membeberkan kalau angka golput rata-rata hanya mencapai 10 persen.
“Tidak masalah dengan penduduk yang sudah tua. Karena dari pengalaman mereka
mengaku kalau e-voting ini jauh lebih mudah dibandingkan dengan sistem manual
dalam Pileg lalu,” pungkasnya. (sumber)
No comments:
Post a Comment